JAKARTA. Emiten-emiten ritel tengah diliputi katalis negatif. Ketidakpastian ekonomi global dan kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) dari 10% menjadi 11% pada bulan April 2022 lalu menjadi pemberat sektor ini.
Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya menjelaskan, kenaikan PPN memang tidak substansial untuk saat ini. Namun, peningkatan PPN itu bisa mempengaruhi kinerja emiten ritel dalam jangka panjang.
Christine menilai, hal tersebut berdampak jangka panjang pada konsumen mengingat ketidakpastian ekonomi global saat ini. Menurutnya, peningkatan PPN di tengah ketidakpastian global berpotensi mengerek biaya operasional pengecer. Pada akhirnya hal itu akan meningkatkan harga yang harus dibayar oleh konsumen, sehingga berpotensi mengurangi permintaan konsumen.
Kenaikan inflasi secara global juga dapat mempengaruhi kenaikan harga-harga di dalam negeri. Di sisi lain, berlanjutnya perang antara Ukraina dan Rusia dikhawatirkan meningkatkan harga barang dan jasa, serta memberi tekanan tambahan pada rantai pasokan.
Christine sebenarnya masih optimistis terhadap sektor ritel, namun lebih berhati-hati di sektor ini. Mengingat, daya beli masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah yang masih lemah di tengah biaya operasional yang lebih tinggi dan inflasi yang meningkat.
Karena sejumlah alasan di atas, “kami menurunkan rekomendasi sektor ritel dari overweight menjadi netral,” Christine kepada KONTAN, Selasa (5/7).
Karena hal itu, ada beberapa saham yang direkomendasikan hold. Misalnya, saham RALS dan ACES dengan target harga masing-masing Rp 585 per saham dan Rp 790 per saham. Sementara untuk LPPF dan MAPI disarankan beli dengan target harga masing-masing Rp 4.8190 per saham dan 925 per saham.
Emiten yang terdampak
Senada, Kepala Riset Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya mengungkapkan, kenaikan PPN memang bisa mengurangi daya beli masyarakat. Apalagi inflasi mulai meningkat akibat kenaikan bahan makanan pokok.
Cheril memperkirakan, daya beli yang menurun akan mendorong masyarakat cenderung membeli barang-barang yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari. Dus, emiten-emiten dengan produk barang-barang elektronik berpotensi terdampak sigifikan.
Sementara, emiten-emiten ritel yang menjual kebutuhan pokok seperti AMRT memiliki peluang bertahan lebih besar. Kendati begitu, Cheril cenderung menyarankan hold saham AMRT dengan target harga Rp 2.100.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mencermati, secara teknikal, AMRT dan LPPF masih berada pada fase uptrend-nya. Karena itu, investor dapat mempertimbangkan buy kedua saham ini dan trading buy MAPI. Lalu, RALS dan ACES belum mampu untuk keluar dari fase downtrend, karena MACD dan stochastic berada di area negatif. Melihat hal itu, investor disarankan wait and see terlebih dahulu.
Sumber : Harian Kontan Rabu 06 Juli 2022 hal 4
Leave a Reply