JAKARTA. Tekanan yang membayangi emiten sektor properti belum usai. Lonjakan harga bahan baku bangunan hingga potensi kenaikan tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI) menjadi sejumlah tantangan yang dapat menghambat kinerja bisnis properti di sisa tahun ini.
Inflasi tinggi yang semakin menekan daya beli masyarakat juga turut mempengaruhi pencapaian marketing sales atau pra penjualan emiten properti sepanjang paruh pertama tahun ini. PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) misalnya, membukukan marketing sales Rp 704 miliar pada semester pertama 2022.
Direktur MTLA Olivia Surodjo mengatakan, konsumen sudah mulai mengantisipasi laju inflasi, apalagi ada kenaikan harga bahan bakar dan bahan baku yang turut mempengaruhi daya beli. Berkurangnya stimulus Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP), hingga pemberlakuan PPN 11% juga menghambat penjualan MTLA.
Alhasil, marketing sales MTLA pada semester I-2022 turun 8% secara tahunan dan baru mencapai 39,11% dari target akhir 2022 Rp 1,8 triliun. Tapi, Olivia masih optimistis, proyek-proyek perusahaan di harga di bawah Rp 1 miliar dapat memenuhi target marketing sales.
Sementara PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) mengantongi marketing sales Rp 800 miliar pada semester I 2022. Realisasi ini turun tipis 2,4% secara tahunan. Direktur PWON Minarto Basuki mengungkapkan, penurunan kinerja ini disebabkan antusiasme konsumen terhadap stimulus PPN DTP yang cenderung lebih tinggi pada semester pertama tahun lalu.
Terlebih pada periode itu PWON pun meluncurkan produk klaster baru. Tapi, PWON belum mengubah target marketing sales perusahaan Rp 1,8 triliun di akhir 2022.
Adapun PT Ciputra Development Tbk (CTRA) telah mengantongi marketing sales sebesar Rp 3,9 triliun dalam periode enam bulan 2022. “Ada pertumbuhan sekitar 12% dari tahun lalu, terutama di kota-kota besar seperti Jabotabek, Surabaya, Medan dan Makassar,” ujar Harun Hajadi, Direktur CTRA, Minggu (17/7).
Harun masih yakin bisa mencapai target marketing sales tahun ini sebesar Rp 8,2 triliun karena masih ada sejumlah proyek properti CTRA yang siap diluncurkan.
Prospek saham
Berkurangnya stimulus pajak properti juga membuat saham-saham di IDX Properti turun 14,29% sejak awal tahun. Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei mengatakan, pertumbuhan kinerja emiten properti pada tahun ini berpotensi stagnan.
Sekalipun tumbuh, levelnya cenderung terbatas di single digit. “Hal ini juga karena high base effect pada tahun 2021,” kata Jono.
Jono menilai imbas sentimen negatif ini masih akan mempengaruhi pergerakan saham emiten properti. Apalagi, sektor properti juga memiliki kapitalisasi pasar yang kecil dibandingkan sejumlah sektor lainnya. “Sehingga kurang dijadikan pilihan utama oleh big money seperti reksadana indeks, karena bobot yang kecil,” imbuh Jono.
Analis Sucor Sekuritas Benyamin Mikael melakukan simulasi, jika kenaikan tingkat suku bunga pada level 50 bps, dampaknya ke sektor properti ditaksir tidak begitu signifikan.
Tapi jika naik hingga ke 100 bps, dampaknya akan terasa meskipun bertahap. Menurut Benyamin, emiten yang akan tahan banting adalah pengembang properti yang memiliki kontribusi bisnis solid dari pendapatan berulang (recurring income) dan yang punya portofolio produk properti baru untuk dipasarkan. Karena itu, rekomendasi Benyamin, pelaku pasar masih bisa melirik saham SMRA dengan target harga Rp 1.200 dan PWON dengan target Rp 650 hingga akhir tahun 2022.
Analis Samuel Sekuritas Olivia Laura menambahkan, banyak investor yang belum tertarik melirik saham properti lantaran sensitif terhadap kenaikan tingkat suku bunga. Tapi, masih ada sejumlah saham properti yang dinilai menarik. Dia memberikan rekomendasi beli saham PWON dengan target harga Rp 630 dan CTRA Rp 1.360. Lalu, Jono menjagokan saham SMRA dengan target Rp 1.170, CTRA Rp 1.500 dan PWON dengan target harga Rp 600.
Analis Teknikal MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memperkirakan IDX properti masih rawan terkoreksi. Saham yang menarik dikoleksi adalah CTRA, SMRA, BEST, ASRI, dan MMLP. Target harga terdekat CTRA berada di Rp 865, SMRA di Rp 570, BEST di Rp 120, ASRI pada harga Rp 170, dan MMLP Rp 500.
Sumber : Harian Kontan Selasa 19 Juli 2022 hal 3
Leave a Reply