Jakarta –
Perjalanan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 sudah dilalui lebih dari setengah jalan. Dalam menganalisis bagaimana APBN menghadapi setengah perjalanan berikutnya di tahun ini, alangkah baiknya sesekali melihat ke belakang dan menghitung seberapa jauh langkah perjuangan menuntun blueprint keuangan negara tersebut dalam memulihkan perekonomian negeri ini. Evaluasi terhadap kinerja APBN 2022 di pertengahan jalan tentu menjadi hal yang krusial dalam mengumpulkan energi untuk terus melangkahkan perjalanan berikutnya yang tentu penuh tantangan.
Tidak mudah memang mengarungi perjalanan separuh pertama tahun 2022. Di tengah ketidakpastian global dan pandemi yang masih belum berakhir, keuangan negara juga dihadapkan pada lonjakan harga komoditas. Itulah mengapa gelombang tersebut ini begitu menekan kuat perekonomian Indonesia maupun kinerja keuangan negara di paruh pertama perjalanan.
Walaupun perjalanan berat harus dilalui, bukan berarti keuangan negara tidak menunjukkan kinerja yang positif. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan pendapatan dan belanja APBN di paruh awal tahun 2022. Menurut data Kementerian Keuangan, realisasi pendapatan negara semester I naik secara signifikan yaitu tumbuh 48,5% dibanding periode yang sama pada 2021. Hingga 30 Juni 2022, pendapatan negara mencapai Rp 1.317,2 triliun yang terdiri dari pendapatan perpajakan sebesar Rp1.035 triliun dan pendapatan negara bukan pajak sebesar Rp 281 triliun.
Pemulihan ekonomi negeri ini di awal tahun 2022 menjadi faktor kunci meningkatkan pendapatan negara. Meningkatnya jumlah transaksi ekonomi ikut mengakselerasi penerimaan perpajakan dan non perpajakan di Indonesia. Hal ini juga ditambah dengan implementasi Undang-Undang tentang harmonisasi perpajakan, kenaikan beberapa harga komoditas, meningkatnya dividen Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan juga meningkatnya pendapatan pada berbagai jenis layanan oleh Badan Layanan Umum (BLU).
Kemudian dari sisi belanja negara, juga terdapat kenaikan sebesar Rp1.243,6 triliun rupiah atau lebih tinggi 6,3% dibanding periode yang sama pada 2021. Belanja negara dipengaruhi oleh langkah-langkah antisipatif pemerintah dalam merespon perekonomian dan pengendalian pandemi yaitu (1) penguatan perlindungan sosial untuk menjaga daya beli masyarakat, dan (2) kompensasi dan subsidi energi sebagai cara untuk merespon kenaikan harga komoditas energi.
Membaiknya pendapatan dan belanja negara mencerminkan semakin pulihnya ekonomi negeri. Dengan perkembangan seperti ini, APBN Semester I mencatatkan surplus Rp73,6 triliun rupiah atau 0,39% terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Kondisi ini cukup positif mengingat selama ini APBN sering berada di posisi defisit. Surplus APBN ini memberikan modal yang cukup baik menuju konsolidasi fiskal di tahun 2023 sekaligus memberikan efisiensi terhadap sektor pembiayaan. Selain pendapatan dan belanja negara, APBN juga tetap di jaga oleh sektor pembiayaan. Efisiensi terhadap sumber pembiayaan dan investasi pemerintah dalam rangka penyelesaian pembangunan infrastruktur tetap menjadi fokus dalam menjaga sektor pembiayaan tetap sehat dan efisien.
Proyeksi ke Depan
Membaiknya kinerja di paruh pertama tentu memberikan stimulus dan harapan terhadap kinerja APBN ke depan. Dalam mengarungi ekonomi karena pandemi ini, pemerintah melakukan berbagai strategi dan adaptasi yaitu meningkatkan pengeluaran pemerintah (government expenditure) dan memberikan keringanan terhadap perpajakan. Kondisi ini dimaksudkan untuk tetap menjaga perputaran ekonomi dan memulihkan perekonomian domestik dari hantaman pandemi.
Selain itu APBN juga berperan sebagai shock absorber atau peredam kejutan yang diarahkan untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, daya beli, dan kesehatan dengan tetap menjaga kesinambungan dan keberlanjutan fiskal.
Dalam skala makroekonomi, perekonomian domestik yang terus menunjukkan pemulihan juga ikut mengangkat performa APBN pada 2022. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 4,9 – 5,4% dan inflasi yang terus terjaga di antara angka 3,5 – 4,5% mengindikasikan positifnya perekonomian negeri ini. Hal ini juga pasti berpengaruh terhadap kinerja APBN di separuh perjalanan berikutnya.
Untuk tetap menjaga momentum tersebut, pelaksanaan APBN pada semester II tahun 2022 diarahkan untuk tetap fleksibel dan antisipatif. APBN pada semester II juga diproyeksi tetap berada di jalur yang positif dengan kenaikan pendapatan dan belanja yang efektif.
Dari sisi pendapatan negara, pendapatan perpajakan diperkirakan akan tumbuh sebesar 25,8% dan melebihi target APBN 2022 dengan memperhatikan tren pemulihan ekonomi yang terus berlanjut. Kemudian senada dengan penerimaan perpajakan, pendapatan non pajak juga diprediksi mengalami peningkatan seiring dengan harga komoditas yang stabil di level yang tinggi dan perputaran roda perekonomian serta layanan publik semakin tinggi.
Belanja negara juga tetap diarahkan kepada percepatan pemulihan perekonomian seperti penebalan bantuan sosial, penangan dampak pandemi, pembayaran kompensasi dan juga subsidi. Sedangkan dari sisi pembiayaan, upaya efisiensi atas kombinasi sumber-sumber pendanaan serta pengembangan sumber pembiayaan yang kreatif perlu terus dilakukan. Pembiayaan adalah sektor vital dalam menjaga defisit APBN tetap terjaga dengan baik.
Meskipun mengalami surplus di semester pertama, diperkirakan APBN akan mengalami defisit sebesar Rp732,2 T (3,92% dari PDB). Kondisi ini disebabkan oleh kebijakan fiskal yang ekspansif yaitu peningkatan belanja untuk memulihkan perekonomian negeri ini sepenuhnya. Untuk itu sektor pembiayaan tetap menjadi sektor penting dalam menjaga APBN tetap sehat yaitu melalui efisiensi pembiayaan utang, pemanfaatan SAL (saldo anggaran lebih) dan dukungan investasi yang dilakukan oleh pemerintah.
Meskipun gelombang rintangan yang dihadapi oleh APBN begitu besar pada separuh awal tahun, pelaksanaan APBN 2022 tetap mampu berjalan dengan baik dan sesuai dengan arah kebijakan yang diharapkan. Perjalanan APBN adalah faktor kunci dari kredibilitas pengelolaan keuangan negara di mata masyarakat. Kinerja baik pada setengah perjalanan tahun ini tentu memberikan stimulus dan harapan terhadap kinerja positif APBN di periode berikutnya.
Proyeksi makroekonomi yang optimis serta didukung dengan semakin pulihnya negeri ini dari pandemi semakin memberikan harapan yang nyata bagi bangkitnya perekonomian Indonesia pada tahun ini. APBN 2022 adalah blueprint keuangan negara dalam menjaga ketahanan perekonomian. Kinerja yang baik pada paruh pertama tersebut tentu dapat memberikan suntikan energi positif untuk kembali melangkahkan kaki bersama menempuh separuh perjalanan lagi, serta mengantarkan APBN 2022 menuju garis akhir untuk kemenangan dan pemulihan ekonomi negeri ini.
Sintong Arfiyansyah pegawai Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan
Sumber: news.detik.com
Leave a Reply