Bunga Naik, Pengusaha Pilih Wait and See

JAKARTA. Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) membuat kalangan dunia usaha lebih berhati-hati dalam menyusun strategi bisnisnya. Terlebih, ancaman resesi global juga semakin nyata seiring tingginya lonjakan inflasi.

Seperti diketahui, dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini, BI kembali mengerek BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRRR) sebesar 50 basis poin. Secara total, BI telah mengerek bunga acuannya hingga 125 basis poin (bps) dalam kurun waktu tiga bulan. Saat ini, bunga acuan BI berada di level 4,75%.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan, pengusaha akan menunda investasi yang bukan prioritas. Bukan hanya \penanaman modal dalam negeri (PMDN), tetapi juga penanaman modal asing (PMA).

Selain dipicu naiknya bunga acuan BI yang bakal mengerek bunga pinjaman perbankan, pengusaha juga tak mau terlalu ekspansif di tengah pelemahan nilai tukar rupiah dan kinerja ekspor yang mulai melandai.

“Investasi ada dua, yang prioritas dan bukan prioritas. Untuk yang bukan prioritas, kemungkinan akan ditunda, wait and see,” kata Hariyadi kepada KONTAN, Minggu (23/10).

Pengamat properti Ajib Hamdani mengatakan, kenaikan suku bunga acuan akan memberi sentimen negatif terhadap investasi. Investor cenderung wait and see terhadap kondisi ekonomi. Pasalnya, kenaikan suku bunga acuan akan memberi multiplier effect terhadap penurunan daya beli dan perlambatan ekonomi.

Ditambah lagi, pemerintah sebelumnya juga telah mengerek tarif pajak pertambahan nilai (PPN) dari 10% menjadi 11%. “Kenaikan tarif PPN dan pengetatan bunga selama tiga bulan berturut-turut akan memperberat sektor properti karena harga dan kredit pada sektor ini akan ikut naik,” kata Ajib, kemarin.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta Diana Dewi bilang, , kenaikan bunga membuat profitabilitas perusahaan berkurang lantaran beban bunga utang perusahaan semakin besar.

Di sisi lain, konsumsi masyarakat juga bisa menurun. Khususnya untuk penjualan produk atau jasa yang dilakukan secara kredit. “Dampak lanjutannya, lapangan kerja baru berkurang,” tandasnya.

Tak hanya sektor usaha besar, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) juga demikian. Sekretaris Jenderal Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) Eddy Misero menyebut, kenaikan suku bunga BI akan mempengaruhi seluruh lini kegiatan ekonomi. Namun, menurutnya, langkah yang dilakukan BI dilakukan untuk meredam lonjakan inflasi. Jika tak dilakukan pengetatan kebijakan moneter, ia khawatir inflasi akan lebih tinggi dan berdampak lebih besar terhadap ekonomi.

Sumber : Harian Kontan Senin 24 Oktober 2022 hal 2

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only