Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Jemmy Kartiwa Sastraatmadja mengatakan ancaman resesi global yang disebut-sebut terjadi pada tahun 2023 ternyata saat ini telah terasa bagi pelaku usaha tekstil. Ia menyebutkan ekspor produk tekstil kini terhambat hingga terjadi penurunan.
“Ekspor produk sekarang yang sudah dirasakan turun sebesar 30 persen,” ucapnya saat dihubungi Tempo pada Kamis, 27 Oktober 2022.
Jemmy memperkirakan penurunan ekspor komoditas tekstil akan terjadi lebih parah pada tahun depan. Eropa dan Amerika Serikat, kata dia, adalah kawasan tujuan ekspor yang mengalami pelemahan daya beli paling besar.
Resesi global juga tak hanya berimbas ke Indonesia, karena negara-negara penghasil produk tekstil terbesar lainnya seperti Cina, Bangladesh, Vietnam, dan India juga terpukul. Di samping itu, pelemahan daya beli di Eropa dan Amerika Serikat memicu kenaikan impor produk tekstil ke Indonesia dari negara-negara tersebut. Sehingga terjadi daya saing yang ketat di dalam negeri.
“Mencoba membanjiri produknya ke sini karena Indonesia merupakan negara dengan populasi keempat terbesar dan inflasinya tidak separah negara lainnya,” kata Jemmy.
Lebih jauh, Jemmy berharap Indonesia bisa menjaga pasar dalam negeri untuk membangkitkan industri tekstil Tanah Air. “Perlindungan pasar dalam negeri sangat dibutuhkan,” kata dia.
Sementara itu, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan penurunan ekspor di bidang tekstil terjadi lantaran sampai saat ini pelaku ekspor masih mengandalkan negara Barat atau pasar ekspor tradisional.
“Inggris saja berat, Eropa berat gara-gara konflik Rusia itu berat,” ujar pria yang akrab disapa Zulhas tersebut.
Oleh karena itu, ia menyarankan untuk membuka pasar ekspor baru. Adapun negara-negara tujuan ekspor yang akan Kementerian Perdagangan sasar adalah negara kawasan Afrika, Eropa Timur, Asia Tengah, dan Asia Selatan.
Peluang ekspor ke sejumlah negara itu sangat besar karena dinilai kuat terhadap ancaman resesi 2023. “Misalnya Mesir, Nigeria, Maroko, juga Asia. India tuh 1 miliar orang lebih, belum Timur Tengah, Asia Tengah, Eropa Timur. Jadi kita harus memperluas pasar. Ini jalan tolnya sudah saya buka,” ujarnya.
Kementerian Perdagangan pun menyatakan sudah melakukan perjanjian dagang dengan Uni Emirat Arab sehingga pajak ekspor untuk Indonesia menjadi nol. Ia menyebutkan pelaku ekspor di sektor pakaian, alas kaki, makanan, hingga hasil pertanian, bisa melakukan ekspor ke Afrika dan Timur Tengah dengan lebih mudah dan murah.
Sumber : msn.com
Leave a Reply