Jakarta: Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi & Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Teuku Riefky memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2022 akan mencapai kisaran 5,77 persen sampai 5,85 persen secara tahunan (yoy).
“Kami memprediksi PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia akan tumbuh di kisaran 5,77 persen hingga 5,85 persen yoy di kuartal III-2022 dan tumbuh 5,35 persen untuk keseluruhan tahun 2022,” ungkapnya dilansir dari keterangan resmi, Kamis, 3 November 2022.
Lebih lanjut, menurut Riefky, pada kuartal III-2022 akan mengalami dampak low-base effect dari kuartal III-2021 yang mencatatkan pertumbuhan positif PDB terendah selama periode covid-19 (3,51 persen, yoy) dan hal ini dapat mendorong lonjakan pertumbuhan PDB.
Selain itu, permintaan domestik yang solid dan performa ekspor yang baik mampu memberi tambahan pertumbuhan ekonomi Indonesia di sisa tahun ini.
Menurut Riefky, perekonomian Indonesia memang terus tumbuh di atas ekspektasi. Ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,44 persen (yoy) di kuartal kedua 2022, tertinggi kedua sejak 2013 dan hanya lebih rendah dari angka pertumbuhan sebesar 7,07 persen (yoy) di kuartal II-2021.
Kondisi ini didorong oleh beberapa faktor yang berperan dalam tumbuh tingginya angka PDB Indonesia. Pertama, momentum pemulihan ekonomi domestik masih terus berlanjut akibat relatif terlambatnya Indonesia dalam pemulihan aspek kesehatan sehingga Indonesia masih menikmati dampak low-base effect dan pent up demand selama kuartal II-2022.
“Faktor kedua adalah aspek musiman periode Ramadan dan Idulfitri yang jatuh di kuartal kedua tahun ini berkontribusi menopang tumbuhnya konsumsi masyarakat. Dengan porsi mencapai 53 persen dari PDB, konsumsi rumah tangga tumbuh hingga 5,51 persen (yoy) di kuartal II-2022, melonjak dari 4,34 persen (yoy) di kuartal sebelumnya,” kata Riefky.
Ketiga, lonjakan harga komoditas akibat tereskalasinya tensi geopolitik dan berlanjutnya pemulihan ekonomi global menguntungkan Indonesia sebaga net eksportir komoditas energi utama, seperti batu bara dan CPO, dalam bentuk tingginya nilai ekspor dan penerimaan pajak. Ekspor meningkat sebesar 19,74 persen (yoy) dan pajak kurang subsidi meningkat hingga 39,42 persen (yoy) sehingga tercatat sebagai penerimaan neto pajak tertinggi sejak 2015.
Faktor terakhir yang mendorong kuatnya pertumbuhan ekonomi kuartal II-2022 adalah keputusan Pemerintah Indonesia untuk menaikkan subsidi BBM dan menunda kenaikan harga di tengah meroketnya harga minyak global membantu mengendalikan inflasi dan menjaga daya beli masyarakat.
Sumber : medcom.id
Leave a Reply