Melihat prospek kinerja emitmen rokok di tengah kenaikan cukai tahun depan
JAKARTA. Belum juga pulih, kinerja emitmen rokok akan kembali terancam oleh kenaikan cukai rokok tahun depan. Seperti diketahui, pemerintah memutuskan mngerek tarif cukai hasil tembakau (CHT) alias cukai rokok untuk tahun 2023 dan 2024 dengan besaran rata-rata 10%.
Kenaikan tarif untuk sigaret kretek mesin (SKM) golongan I dan II bakal berada di rentang 11,5% hingga 11,75%. Sementara itu, kenaikan tarif sigaret putih mesin (SPM) golongan I dan II berkisar 11% – 12%. Lalu, kenaikan sigaret kretek tangan (SKT) golongan I dan II berkisar 5%.
Analisis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei mengatakan, kenaikan cukai rokok ini bakal kembali menekan margin emitmen rokok. “Biaya cukai merupakankomponen terbesar pada harga pokok penjualan (HPP) rokok. Sehingga profitabilitas emitmen tersebut berpotensi semkin tertekan dan akan berdampak negatif ke harga sahamnya, “ujarnya, Senin (7/11)
Dampak paling besar akan dirasakan oleh emitmen yang memiliki banyak produk SKM, seperti PT Gudang Garam Tb (GGRM). Menurut Jono kenaikan tarif cukai berdampak terhadap kinerja GGRM, mengingat sekitar 90% penjualan emitmen ini berasal dari segmen SKM.
Porsi SKM PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIM) juga cukup besar. Menurut catatan perseroan ini, sekitar 86% penjualan berasal dari rokok SKM. Sementara dampak ke HMSP lebih kecil, karena segmen SKM Cuma berkontribusi 75% terhadap penjualan.
Naikkan harga jual
Jono mengatakan untuk mengatasi kenaikan tarif cukai, produsen rokok tentu harus kembali menaikkan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP). Tapi di tengah kenaikan inflasi dan pelemahan daya beli konsumen, penjualan rokok berpotensi tertekan.
Analisis Kanaka Hita Solvera Andhika Cipta Labora mengatkan, kenaikan cukai rokok kali ini memang lebih rendah dibandingkan dua tahun ke belakang, yang naik 23% dan 12,5%. Namun, pelemahan daya beli masyarakat akan tetap memperberat kinerja emitmen rokok.
“Persentase kenaikan cukai memang lebih kecil daripada 2021 dan 2022, dampaknya akan lebih ringan. Tapi, daya beli yang turun akan memperberat kinerja emitmen rokok,” ujarnya. Andhika memperkirakan, laba emiten rokok dapat tertekan sebesar 8% – 10% secara tahunan.
Di sisi lain, analisis Mirae Aset Sekuritas Indonesia Christine Natasya meyakini, dengan kenaikan tarif cukai yang lebih kecil, volume penjualan rokok tetap bisa tumbuh. Apalagi, kenaikan cukai hampir setiap tahun dialami oleh produsen rokok, sehingga seharusnya emitmen rokok sudah mengatasinya.
Sejauh ini, harga saham emitmen rokok masih melandai. Andhika menilai, saham emitmen rokok sudah turun cukup dalam sehingga berpotensi rebound untuk jangka menengah. Apalagi, emitmen rokok rajin membagi dividen. Ia merekomendasikan beli saham HMSP dan GGRM. Support HMSP ada di Rp 875 dengan target penguatan Rp 1.200.
Sumber: Kontan – Selasa 8 November 2022
Leave a Reply