Diskon bea masuk impor kendaraan listrik ditagih untuk menggerek penjualan mobil
Jakarta. Ambisi Indonesia untuk mengembangkan kendaraan listrik semakin menyala. Pemerintah membidik populasi mobil listrik mencapai 400.000 unit dan sepeda motor listrik sebanyak 1,76 juta unit pada tahun 2025.
“Apabila masyarakat atau pasar menyerap lebih cepat, saya kira target tersebut bisa dilampaui,’ ungkap Taufik Bawazier, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMET) Kementerian Perindustrian, dalam rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (9/11).
Selain Dirjen ILMATE Kementerian Perindustrian, enam pabrikan otomotif hadir dalam RDP tersebut. Keenam produsen itu adalah Toyota,Hyundai, Wuling, Honda, Mitsubishi dan DFSK.
Pemerintah juga terus menarik investasi kendaraan listrik. Kemenperin mencatat, saat ini ada beberapa perusahaan yang mampu memproduksi kedaraan listrik. Untuk bus listrik misalnya, ada empat perusahaan dengan total kapasitas produksi 2.480 unit per tahun. Untuk mobil listrik, terdapat tiga perusahaan dengan total kapasitas poduksi 14.000 unit per tahun.
Sedangkan jenis kendaraan listrik roda dua dan roda tiga terdapat 35 perusahaan dengan kapasitas produksi 1,04 juta unit per tahun. Nilai total investasi tiga jenis kendaraan listrik tersebut mencapai Rp 1,93 triliun .
Enam pabrikan otomotif berkomitmen mendukung pengembangan ekosistem kendaraan listrik.
Wakil Presiden Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Nandi Julyanto mengatakan, Toyota akan mulai memproduksi hybrid electric vehicle (HEV) DI Indonesia tahun ini “Kami assembly baterai di sini. Jika bicara kesiapan, tentunya kami siap utuk memproduksi kendaraan elektrifikasi,” kata dia.
Kelak, kata Nandi, Toyota ingin menghadirkan pilihan varian kendaraan elektrifikasi hingga segmen entry level.
Sedangkan PT Sokonindo Automobile (DFSK) akan berhenti merilis produk mobil berbahan bakar minyak alam 3-5 tahun ke depan. “Next product kami kedepan adalah BEV 100%,” ungkap Sales and Marketing Director PT Sokonindo Autombile (DFSK), Riflin Tanuwijaya.
Sementara PT Hyundai Motor Indonesia mengusulkan insentif keringanan bea masuk impor untuk komponen kendaraan listrik. External Affairs Manager PT Hyundai Motor Indonesia, Merbayoga Rio Hastra mengatakan, produksi/perakitan kendaraan listrik Hyundai di Indonesia, yaitu loniq 5, masih mengadalkan skema impor terutrai alias completely knocked down (CKD) untuk memenuhi kebutuhan komponennya. Oleh karena itu, pemberian insentif dalam bentuk bea masuk bisa menekan biaya produksi dan meningkatkan daya saing produk di pasar. Ketua I gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikino) Jongkie Sugiarto berharap, idealnya harga mobil listrik tinggal tunggu pembangunan infrastruktur merata dan ada produk yang harganya terjangkau dengan desain sesuai keinginan masyarakat, yakni MPV, 5 pintu, dan 7 seater, “ imbuh dia.
Sumber: Konta, Kamis 10 November 2022
Leave a Reply