Bank Indonesia telah memperkuat tingkat kewaspadaannya dalam menghadapi gejolak perekonomian global yang diperkirakan berlanjut hingga 2023. Tercermin dari 5 arah kebijakan untuk tahun depan yang telah ditetapkan sejak saat ini.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, lima kebijakan itu akan diarahkan untuk menghadapi berbagai tekanan global, dimulai dari melambatnya pertumbuhan ekonomi global akibat dampak tensi geopolitik dan peperangan, hingga kebijakan suku bunga yang tinggi karena inflasi mencuat.
“Dalam hal ini arah bauran kebijakan BI pada 2023 tetap diarahkan bersama pemerintah menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi,” kata Perry dalam acara Siniar Prospek Perekonomian dan Arah Bauran Kebijakan BI, Jumat (2/12/2022).
Kebijakan pertama adalah mengarahkan kebijakan moneter untuk mengutamakan stabilitas atau pro stability. Tujuannya untuk meredam tingkat inflasi di dalam negeri, hingga menstabilkan nilai tukar rupiah dari tekanan eksternal.
Sedangkan empat kebijakan lainnya, diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi atau pro growth. Diantaranya adalah kebijakan makroprudensial yang longgar, digitalisasi sistem pembayaran, pendalaman pasar uang, serta inklusi ekonomi dan keuangan, termasuk ekonomi hijau.
“Kebijakan pemerintah dan BI juga KSSK telah terbukti untuk mengawal ekonomi kita terhindar dari krisis pandemi Covid-19 dengan capaian stabilitas dan pertumbuhan yang semakin pulih, sinergi dan inovasi itulah yang kita kuatkan untuk hadapi gejolak global mendatang,” ucap Perry.
Dengan lima kebijakan ini, Perry optimistis, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 akan bertengger di kisaran 4,5-5,3% dan tingkat inflasi yang kembali ke sasaran 3% plus minus 1%.
Sumber: cnbcindonesia.com
Leave a Reply