JAKARTA. Sumbangan penerimaan pajak dari industri pengolahan mulai menunjukkan tren pelambatan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani melaporkan, industri manufaktur menjadi sektor dengan sumbangan penerimaan pajak terbanyak dengan kontribusi sebesar 27,5% sampai akhir Agustus 2023.
Kinerja industri manufaktur tersebut tumbuh 4,7% secara tahunan alias year on year (YoY). Hanya saja, pertumbuhannya melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode sama tahun sebelumnya sebesar 49,15%.
Apabila dilihat kinerja per periode, sektor industri manufaktur mengalami kontraksi atau penurunan sebesar 5,6% yang disebabkan oleh moderasi harga bahan bakar minyak (BBM). Pun, pada Juli 2023 setoran pajak dari industri tersebut mengalami penurunan sebesar 4,9%.
Sementara itu pada triwulan II-2023 mengalami kontraksi sebesar 7%. Padahal pada periode triwulan I-2023 setoran pajak dari industri manufaktur berhasil tumbuh 32,9%.
“Jadi kalau kita lihat triwulan II sudah mulai menunjukkan tanda-tanda adanya pembalikan atau pelemahan. Ini yang harus kita waspadai,” ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kita, Rabu (20/9).
Sebagai informasi, Kemenkeu mencatat, realisasi penerimaan pajak dari awal tahun 2023 hingga Agustus 2023 sudah mencapai Rp 1.246,97 triliun. Hanya saja, kinerja penerimaan pajak tersebut melambat atau hanya tumbuh 6,4% dibandingkan penerimaan tahun lalu di periode yang sama yang berhasil tumbuh 58,1%.
Adapun, kinerja penerimaan yang melambat ini disebabkan penurunan signifikan harga komoditas, penurunan nilai impor, dan tidak berulangnya kebijakan Program Pengungkapan Sukarela (PPS).
Sumber : kontan.co.id
Leave a Reply