JAKARTA. Harapan rakyat Indonesia bisa memperbaiki kesejahteraannya di tahun depan, sepertinya masih jauh panggang dari api. Lihat saja, di tengah daya beli masyarakat yang masih lemah, pemerintah berniat menaikkan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) dari 11% jadi 12% pada tahun 2025. Kebijakan ini berpotensi semakin memukul daya beli konsumen.
Di sisi lain, naiknya tarif PPN juga akan mendorong para pelaku usaha menyesuaikan harga produknya. Dus, ini bisa jadi sentimen negatif bagi sejumlah emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tak terkecuali emiten di sektor konsumer.
Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi memperkirakan, untuk mengurangi tekanan beban, emiten akan mengenakan kenaikan PPN kepada konsumen melalui kenaikan harga jual barang.
Ini akan jadi tantangan penjualan ke depan. Konsumen akan lebih selektif dalam memilih barang kebutuhan sehari-hari. “Terlebih tren indeks keyakinan konsumen terus turun beberapa bulan terakhir,” kata Audi, Sabtu (16/11).
Direktur PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk, Reza Priyambada sepakat, efek kenaikan PPN jadi 12% akan memukul daya beli konsumen. Konsumen harus membeli barang dengan harga lebih mahal dibandingkan sebelumnya. “Emiten konsumer kemungkinan akan melakukan penyesuaian harga barangnya,” kata Reza.
Emiten terdampak
Founder Stocknow.id, Hedra Wardana menganalisa, emiten yang bergerak di segmen kebutuhan sehari-hari, seperti makanan dan minuman, paling merasakan dampak kenaikan PPN 12%. Contoh PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ), yang produknya banyak dikonsumsi masyarakat. Emiten ini bakal menghadapi tantangan kenaikan harga, yang berpotensi menurunkan volume penjualan.
Hendra menyarankan investor mencermati strategi emiten konsumer dalam menghadapi kenaikan PPN 12%. Emiten yang memiliki basis konsumen loyal dan beradaptasi lewat inovasi baru, berpeluang tetap tumbuh. Laporan keuangan juga menjadi fokus utama dalam mengevaluasi prospek saham emiten konsumer.
Reza juga mengimbau investor tak panik melihat sentimen kenaikan 12%. Yang terpenting, investor perlu mencermati strategi para emiten dalam menyikapi kenaikan PPN 12%, serta melihat dampaknya pada rilis kinerja laporan keuangannya di kuartal awal 2025.
Reza menyarankan investor mencermati saham ICBP, MYOR, CMRY, KLBF, CLEO, GOOD. Sementara itu, Audi merekomendasi beli saham ICBP dan MYOR dengan target harga masing-masing Rp 14.000 dan Rp 980 per saham. Ia juga merekomendasi trading buy MYOR pada target harga Rp 2.880 per saham.
Sumber : Harian Kontan Senin, 18 Nov 2024 hal 3
Leave a Reply