Ekonomi Terseok, Setoran Pajak Awal Tahun Anjlok

Realisasi penerimaan pajak Januari 2025 turun Rp 64 triliun dibanding Januari tahun lalu

Realisasi penerimaan pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 di awal tahun ini, anjlok. Kementerian Keuangan (Kemkeu) hanya berhasil mengumpulkan penerimaan pajak sebesar Rp 88,89 triliun selama bulan Januari tahun ini. pajak

Angka tersebut, turun Rp 64 triliun atau anjlok 41,86% di bandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Pada Januari 2024, realisasi penerimaan pajak tercatat mencapai Rp 152,89 triliun.

“Realisasi penerimaan pajak Januari 2025 tercatat Rp 88,89 triliun atau 4,06% dari target, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya,” terang Kemkeu dalam Laporan APBN KiTa Edisi Februari 2025 yang beredar, dikutip Rabu (12/3).

Kemkeu merinci, sampai dengan 31 Januari 2025, pene-rimaan pajak penghasilan (PPh) nonmigas baru terealisasi Rp. 57,78 triliun, atau 5,04% dari target. Penerimaan PPh nonmigas naik tipis sebesar 3,05% secara tahunan.

Sementara PPh migas terealisasi Rp 4,27 triliun, merosot 38,91% secara tahunan. Selain itu, realisasi penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) mencapai Rp 24,62 triliun, paling anjlok, yakni turun 57,38% secara tahunan.

Realisasi pajak bumi bangunan (PBB) dan pajak lainnya melonjak 174,07% dari tahun sebelumnya, sebagai akibat ketentuan baru terkait deposit pajak. Tercatat, realisasi penerimaan PBB dan pajak lainnya mencapai Rp 2,22 triliun atau 6,37% dari target.

Secara keseluruhan, realisasi pendapatan negara pada satu bulan pertama pada tahun ini tercatat Rp 157,3 triliun, turun 28,27% secara tahunan. Realisasi ini setara 5,24% dari target APBN 2025 sebesar Rp 3.005, 13 triliun.

Sementara itu, realisasi belanja negara mencapai Rp 180,77 triliun, atau turun 1,8% secara tahunan dari periode sama tahun lalu. Realisasi ini setara 4,99% dari target APBN 2025 yang nilainya se besar Rp 3.621,31 triliun.

“Sampai dengan 31 Januari 2025, APBN tercatat defisit Rp 23,45 triliun atau 0,10% terhadap PDB, sebut Kemken dalam dokumen APBN Kita. Ini berbeda dengan Jantsari tahun lalu. Saat itu, APBN masih mencetak surplus Rp. 35,12 trilliun.

Kepala Ekonom Bank Central Asia David Sumual mengatakan, kinerja Februari masih mirip-mirip dengan hasil di Januari, yaitu masih dibawah kinerja 2024,” kata David, kemarin.

Sejumlah indikator memang menunjukkan bahwa kondisi ekonomi tak baik. Misalnya, Indeks Harga Konsumen (IHK) mencatat deflasi selama dua bulan berturut-turut. In deks Keyakinan Konsumen (IKK) Februari juga turun.

Indeks Penjualan Riil (IPR) mencetak kontraksi. Data Mandiri Spending Index (MSI) menunjukkan terbatasnya ke naikan belanja. Hanya kinerja sektor manufaktur yang di ukur melalui Purchasing Manager’s Index (PMI) masih kinclong, mencapai level 53,6 di bulan lalu.

Achmad Nur Hidayat, Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta, memperkirakan, penerimaan negara bisa mengalami selisih dari target alias shortfall. antara Rp 300 triliun – Rp 400 triliun pada ta hun ini, jika penurunan pene rimaan berlanjut. Otomatis, defisit menggembung

“Kajian internal kami bahkan memprediksi, bila tidak ada langkah koreksi fiskal yang konkret dan sistemik, defisit APBN 2025 dapat men dekati Rp 800 triliun atau sekitar 3% PDB,” kata Achmad. Angka ini lebih buruk dari prediksi Goldman Sachs terbaru yang memperkirakan defisit 2,9% dari PDB.

Sumber : Harain Kontan, Kamis 13 Maret 2025 (Hal. 2)

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only