Defisit anggaran China naik lebih dari 50% per April akibat agresif memberi insentif
Pemerintah China jorjoran mendorong stimulus fiskal demi mendukung perekonomian di tengah meningkatnya eskalasi konflik perdagangan dengan Amerika Serikat (AS). Efeknya, defisit anggaran China melonjak hingga menyentuh rekor tertinggi.
Dilansir dari Bloomberg, defisit anggaran China mencapai 2,65 triliun yuan atau setara US$ 367 miliar sepanjang Januari-April 2025. Defisit itu membengkak lebih dari 50% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu.
Data tersebut membuktikan bahwa Beijing telah mempercepat penerapan stimulus fiskal untuk menjaga ekonomi dari guncangan eksternal. Tarif impor yang dikenakan Washington pada sebagian besar barang buatan Tiongkok telah naik ke level yang sangat tinggi yaitu 145% di bulan April, sebelum kedua negara sepakat untuk melakukan gencatan senjata perang dagang pada awal bulan ini.
Pos belanja China melonjak diiringi kestabilan pendapatan negara. Total pendapatan dalam dua buku fiskal utama Tiongkok mencapai 9,32 triliun yuan pada empat bulan pertama tahun ini. Jumlah itu hanya turun 1,3% secara tahunan setelah mengalami penurunan yang jauh lebih tajam selama kuartal pertama 2025.
Menurut perhitungan Goldman Sachs Group Inc, pendapatan pajak China naik 1,9% secara tahunan pada bulan April. Kondisi ini membaik dibanding Maret yang mengalami penurunan 2,2%. Menurut analis, kenaikan ini utamanya didorong kuatnya pengumpulan pajak penghasilan individu.
Urgensi memudar
Di sisi lain, total pengeluaran China naik 7,2% menjadi 11,97 triliun yuan. Angka ini menggabungkan pengeluaran berdasarkan anggaran umum, yang sebagian besar mencakup pengeluaran sehari-hari, dengan pengeluaran dalam anggaran dana pemerintah.
Pembayaran bunga utang naik 11% dibanding periode yang sama pada tahun 2024. Diikuti oleh pengeluaran untuk jaminan sosial dan ketenagakerjaan, yang dapat membantu pekerja yang rentan terhadap perang dagang.
Namun urgensi dukungan fiskal diprediksi memudar setelah kesepakatan China dan AS untuk sementara menurunkan tarif. Gencatan senjata ini, telah menyebabkan mendorong sejumlah bank global mengerek proyeksi pertumbuhan China dan mengurangi ekspektasi stimulus tambahan oleh pemerintah.
“Belanja pemerintah meningkat sementara pendapatan menunjukkan tanda-tanda stabilisasi. Kebutuhan untuk memperluas defisit fiskal di pertengahan tahun telah menurun,” kata Zhaopeng Xing, Ahli Strategi Senior Australia & New Zealand Banking Group.
Sumber : Harian Kontan, Kamis 22 Mei 2025, Hal 16
Leave a Reply