Ditjen Pajak (DJP) merevisi jenis-jenis SPT Masa PPN setelah berlakunya coretax administration system. Topik tersebut menjadi salah satu ulasan media nasional pada hari ini, Jumat (11/7/2025).
Perubahan jenis-jenis SPT Masa PPN tersebut diatur melalui PMK 81/2024 dan dipertegas melalui Peraturan Dirjen Pajak No. PER-11/PJ/2025 dan PER-12/PJ/2025. Merujuk Pasal 162 ayat (1) huruf a angka 2 PMK 81/2024, SPT Masa PPN kini terdiri atas 4 jenis SPT.
“SPT Masa PPN: a. SPT Masa PPN bagi PKP; b. SPT Masa bagi PKP yang menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan pajak masukan; c. SPT Masa PPN bagi pemungut PPN dan pihak lain, yang bukan merupakan PKP; d. SPT Masa PPN bagi pemungut PPN PMSE,” bunyi pasal tersebut.
Jenis-jenis SPT Masa PPN tersebut berbeda dengan ketentuan terdahulu. Sebelumnya, SPT Masa PPN terdiri atas 4 jenis, yaitu SPT Masa PPN 1111, SPT Masa PPN 1111 DM, SPT Masa PPN 1107 PUT, dan SPT Masa Unifikasi Instansi Pemerintah (Bagian PPN).
Perubahan jenis-jenis SPT tersebut berlaku sejak implementasi coretax. Hal ini berarti jenis-jenis SPT Masa PPN yang baru berlaku mulai masa pajak Januari 2025. PER-11/P/2025 dan PER-12/PJ/2025 pun memerinci ketentuan penggunaan hingga contoh format dari setiap jenis SPT Masa PPN.
Pertama, SPT Masa PPN bagi pengusaha kena pajak (PKP). SPT ini digunakan oleh PKP untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah PPN dan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan:
- pengkreditan pajak masukan terhadap pajak keluaran; dan
- pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh PKP dan/atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak.
SPT Masa PPN bagi PKP juga digunakan oleh PKP yang sekaligus merupakan: (i) pemungut PPN; dan/atau (ii) pihak lain yang bertempat tinggal atau bertempat kedudukan di dalam daerah pabean (pihak lain yang ditunjuk sebagai pemungut).
Kedua, SPT Masa PPN bagi PKP yang menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan pajak masukan. Jenis SPT ini digunakan oleh PKP untuk melaporkan pajak keluaran dan pajak masukan yang dihitung dengan menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan pajak masukan:
- untuk masa pajak sebelum dikukuhkan sebagai PKP sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (9a) UU PPN; dan
- bagi PKP sebagaimana diatur dalam PMK mengenai pedoman penghitungan pengkreditan pajak masukan bagi PKP yang mempunyai peredaran usaha tidak melebihi jumlah tertentu.
Ketiga, SPT Masa PPN bagi pemungut PPN dan pihak lain yang bukan merupakan PKP.Sesuai dengan namanya, SPT Masa PPN jenis ini digunakan oleh: (i) pemungut PPN yang bukan PKP; dan (ii) pihak lain yang bertempat tinggal/bertempat kedudukan di Indonesia yang bukan PKP.
Keempat, SPT Masa PPN bagi pemungut PPN perdagangan melalui sistem elektronik (PMSE). Perincian ketentuan SPT Masa PPN bagi pemungut PPN PMSE tidak diatur dalam PER-11/PJ/2025, tetapi PER-12/PJ/2025.
SPT Masa PPN bagi pemungut PPN PMSE digunakan oleh pelaku usaha PMSE luar negeri yang ditunjuk sebagai pihak lain. SPT Masa PPN bagi Pemungut PPN PMSE dapat menggunakan bahasa Indonesia dan/atau bahasa Inggris.
Selain topik di atas, ada pula ulasan mengenai dampak pemutihan terhadap realisasi penerimaan pajak daerah sepanjang semester I/2025. Ada juga bahasan perihal insentif fiskal di IKN yang masih sepi, perlakuan PPh Pasal 25 yang lebih bayar, dana abadi pemda, dan lain sebagainya.
Sumber : news.ddtc.co.id
Leave a Reply