Fitch Beri Peringatan ke Sektor Perbankan RI, Apa Itu?

Lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings merevisi peringkat nilai tengah skor kondisi operasional bank-bank di Indonesia menjadi BB+ dari BBB-. Revisi ini dilakukan setelah menyimak dampak penyebaran virus corona terhadap sektor perbankan Indonesia.

Dalam tulisan riset yang disampaikan Fitch, disebutkan bahwa upaya dunia memerangi pandemi virus corona atau yang dikenal dengan Covid-19 berdampak buruk pada pasar keuangan Indonesia. Meskipun data korban yang terinfeksi di Indonesia lebih rendah dibandingkan negara lain.

Hal ini tampak dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terdepresiasi hingga 18% secara tahunan. Penyebabnya dana asing di pasar dasar pasar modal keluar tempat-tempat yang dianggap aman di luar negeri.

“Fitch memperkirakan bahwa pertumbuhan PDB Indonesia akan turun menjadi sekitar 4,7% pada tahun 2020, dari perkiraan pra-pandemi pada bulan Desember 2019 sebesar 5,1%, dan pertumbuhan aktual pada tahun 2019 sebesar 5,0%,” tulis Fitch Ratings dalam risetnya hari ini.

Perkiraan ini mengasumsikan sentimen konsumen dan industri pariwisata akan terpukul karena krisis kesehatan global. Namun wabah corona diperkirakan akan terkendali dan aktivitas ekonomi akan rebound pada semester II-2020 setelah efek pandemi berkurang.

Akan tetapi dalam situasi kekini, dimana situasi berkembang pesat setiap hari, risiko downside diperkirakan tinggi. Revisi skor lingkungan operasi Fitch mencerminkan ketidakpastian seputar keparahan dan durasi pandemi dan efek yang terkait pada bank-bank Indonesia.

Bank-bank Indonesia, menurut Fitch, menghadapi tekanan kualitas aset jangka pendek yang signifikan, karena pelambatan kegiatan ekonomi akan menghambat pertumbuhan kredit. Kapasitas pembayaran juga akan mengalami penurunan karena pendapatan yang lebih rendah untuk bisnis dan individu.

Profitabilitas akan dipengaruhi oleh pendapatan yang lebih lemah dan provisi yang lebih tinggi karena kualitas kredit memburuk. Pertumbuhan pinjaman yang lambat seharusnya memudahkan kondisi likuiditas mata uang lokal, tetapi likuiditas mata uang asing ditekan oleh capital outflow dan depresiasi mata uang.

“Fitch tidak mengharapkan tekanan peringkat jangka pendek pada sebagian besar bank yang diperingkat kecuali pandemi meningkat secara signifikan atau bertahan lebih lama dari yang kita duga, sehingga menunda proses pemulihan,” sebut riset tersebut.

Hal ini karena banyak peringkat kredit bank berdasarkan peringkat utang Indonesia dan rating pemilik bank yang lebih tinggi. Hal ini tercermin dari rata-rata rasio modal Tier 1 bank sebesar 21,9% pada akhir 2019, yang merupakan salah satu yang tertinggi di kawasan Asia-Pasifik dan akan membantu menyerap kerugian.

Namun, peringkat kelangsungan usaha (viablity rating) bank-bank di atas peringkat skor lingkungan operasi yang memang menghadapi tekanan peringkat. Bank-bank kecil, non-sistemik yang peringkatnya didasarkan pada profil kredit mandiri mereka juga berisiko terhadap tindakan peringkat negatif, dimana Fitch menilainya bank demi bank.

Sementara itu, lanjut tulisan Fitch, Pemerintah Indonesia merespons pandemi corona dengan mengumumkan paket stimulus yang ditargetkan berjumlah sekitar 0,7% dari PDB untuk mempertahankan pengeluaran konsumen dan membatasi dampak virus pada sektor yang paling berisiko, seperti pariwisata dan manufaktur.

Langkah-langkah lain yang diumumkan termasuk pengurangan suku bunga dalam bulan-bulan berturut-turut sebesar 50bp, pembebasan pajak, menurunkan persyaratan cadangan bank dan langkah-langkah lain untuk mendukung likuiditas, termasuk intervensi pasar.

“Kami percaya langkah-langkah ini hanya akan membatasi, daripada mengimbangi, kerusakan dan tidak akan mencegah penurunan profil keuangan bank,” ulas Fitch lebih lanjut.

Sumber : cnbcindonesia.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only