IMF Revisi Proyeksi Ekonomi Asia Terkontraksi 1,6 Persen

JAKARTA — Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi proyeksi ekonomi Asia yang terdampak virus corona. IMF memperkirakan ekonomi Asia akan terkontraksi 1,6 persen pada 2020.

Proyeksi terbaru tersebut merupakan penurunan peringkat ke perkiraan pertumbuhan nol persen dalam Prospek Ekonomi Dunia (WEO) April. Proyeksi ini menunjukkan tantangan global di tengah pandemi corona yang memukul seluruh dunia.

“Proyeksi untuk 2020 telah direvisi turun untuk sebagian besar negara di kawasan (Asia) karena kondisi global yang lebih lemah dan langkah-langkah penahanan yang berlarut-larut di beberapa negara berkembang,” tulis Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF Chang Yong Rhee dikutip dari Antara, Rabu (1/7).

Rhee mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi Asia pada kuartal pertama 2020 lebih baik daripada yang diproyeksikan sebelumnya. Kondisi ini disebabkan oleh penyebaran virus pada tahap pertama.

IMF pun melihat jika tidak ada gelombang kedua penyebaran virus corona dan stimulus kebijakan untuk mendukung pemulihan maka pertumbuhan di Asia akan meningkat pesat menjadi 6,6 persen pada 2021.

“Tetapi, dengan kenaikan cepat dalam kegiatan ekonomi ini, kerugian output karena corona kemungkinan akan bertahan,” tulisnya.

Menurut pembaruan WEO April yang dirilis minggu lalu, IMF merevisi turun perkiraan untuk ekonomi global. IMF memproyeksikan kontraksi 4,9 persen pada 2020, 1,9 persen di bawah perkiraan sebelumnya.

“Penurunan peringkat dari April mencerminkan hasil yang lebih buruk daripada yang diantisipasi pada paruh pertama tahun ini, sebuah harapan dari jarak sosial yang lebih persisten ke paruh kedua tahun ini, dan kerusakan pada potensi pasokan,” kata Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath.

Negara-negara maju diproyeksikan berkontraksi 8 persen tahun ini. Sementara emerging markets dan negara-negara berkembang diproyeksikan menyusut 3 persen tahun ini.

China diperkirakan akan tumbuh sebesar 1 persen. Satu-satunya negara ekonomi utama yang diperkirakan mengalami pertumbuhan, diikuti oleh pertumbuhan 8,2 persen pada 2021.

Pejabat IMF juga mencatat proyeksi untuk 2021 dan seterusnya bisa terjadi peningkatan kuat dalam permintaan swasta. Meskipun IMF mengingatkan potensi masalah yang dapat merusak pemulihan Asia.

Masalah yang dimaksud termasuk pertumbuhan perdagangan yang lebih lambat, kuncian yang lebih lama dari yang diperkirakan, meningkatnya ketidaksetaraan, neraca yang lemah, dan ketegangan geopolitik.

“Asia sangat bergantung pada rantai pasokan global dan tidak bisa tumbuh sementara seluruh dunia menderita. Perdagangan Asia diperkirakan berkontraksi secara signifikan karena melemahnya permintaan eksternal,” ujar Rhee.

Para pejabat IMF mendesak para pembuat kebijakan Asia untuk memperluas akses ke layanan kesehatan, keuangan, dan ekonomi digital, serta memperluas jaring pengaman sosial untuk memperluas cakupan asuransi pengangguran kepada pekerja informal.

Sumber: CNNIndonesia.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only