Sektor industri, otomotif dan elektronik mengantisipasi dampak kelangkaan semikonduktor
JAKARTA. Krisis semikonduktor atawa chip (cip) di rantai pasok global membayangi sejumlah industri. Gangguan pada pasokan komponen ini tercermin pada melebarnya jeda waktu antara pemesanan dan pengiriman.
Dilansir Bloomberg, jarak waktu pemesanan dan pengiriman cip meningkat hingga 17 pekan di April 2021. Hal itu terungkap dari temuan riset Susquehanna Financial Group. Walhasil, pasokan cip pabrikan manufaktur, termasuk di antaranya mobil, berpotensi terdampak.
Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie D Sugiarto bilang, gangguan pasokan cipjuga turut dirasakan oleh agen pemegang merek (APM) di Indonesia. Memang ada informasi dari APM bahwa ada kendala suplai bahan baku semiconductor untuk otomotif, tapi detailnya bisa ditanyakan kepada para APM saja, ujar Jongkie kepada KONTAN, Kamis (20/5).
Marketing Director & Corporate Planning Communication Director PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Amelia Tjandra memperkirakan, krisis cip di rantai pasok global berpotensi mengganggu produksi mobil pemain otomotif.
Meski begitu, Amelia memastikan bahwa sampai saat ini, Daihatsu masih berproduksi secara normal. “Kami akan terus memonitor model yang mana yang akan kena impak, karena kami menerapkan (strategi) multivendor termasuk unit semikonduktor,” ujar Amelia kepada KONTAN, kemarin.
Business Innovation and Sales & Marketing PT Honda Prospect Motor (HPM) Yusak Billy bilang, pihaknya sejauh ini belum menemui kendala dalam hal pasokan chip. “Tapi untuk mengantisipasi potensi gangguan, HPM akan terus berdiskusi dengan pihak prinsipal untuk membahas ketersediaan komponen,” sebut dia. Catatan saja, sebagian besar pasokan cip HPM diperoleh dari Jepang.
Sementara Vice President Director Toyota-Astra Motor (TAM) Henry Tanoto mengaku, sejauh ini pasokan unit mobil dari pabrikan masih normal. Cuma, permintaan dan pasokan beberapa model tertentu tidak seimbang lantaran permintaan yang meningkat pasca-pemberlakukan insentif relaksasi pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM).
“Ke depan, kami akan terus pantau kondisinya dengan berkoordinasi dengan pihak manufacturer untuk bisa melihat apakah akan ada efek langsung untuk jangka menengah dan panjang, dan kira kira berapa besar jika ada,” tutur Henry saat dihubungi KONTAN, Kamis (20/5).
Industri elektronik
Industri elektronik juga terkena imbas kelangkaan cip tersebut. Produsen laptop, PT Zyrexindo Mandiri Buana Tbk (ZYRX) misalnya, selaku pengelola laptop merk Zyrex. “Perseroan sebagai produsen laptop juga terkena imbas dari krisis cip tersebut,” ungkap Corporate Secretary ZYRX Evan Jordan kepada KONTAN, kemarin.
Meski demikian, dengan pengalaman lebih dari 25 tahun, Zyrex memiliki relasi bisnis yang baik dengan jaringan vendor, sehingga tetap mendapatkan bahan baku. “Kami pun telah melakukan pemesanan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku hingga November 2021,” jelasnya.
Menurut Evan, pada kuartal I-2021 produksi laptop mengalami peningkatan signifikan sebesar 365% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu akibat maraknya aktivitas bekerja dari rumah (WFH) dan pembelajaran jarak jauh (PJJ).
“Terjadi pertumbuhan produksi komputer dan laptop di kuartal I2021 dengan volume sebesar 11.000 unit dibandingkan tahun sebelumnya (yoy) yang hanya sekitar 3.000 unit, atau naik 365%,” ujar dia.
Setali tiga uang, Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Elektronika (Gabel) Daniel Suhardirman menyebut, kelangkaan pasokan cip yang terjadi tidak begitu berdampak signifikan terhadap manufaktur AC lokal.
Pasalnya, mayoritas permintaan AC masih berasal dari tipe AC non-inverter yang membutuhkan lebih sedikit cip. “Tapi tetap berpengaruh terhadap pasokan AC untuk kebutuhan para pemain AC lokal. Sebab, 80% permintaan AC masih berasal dari produk impor,” beber Daniel.
Sumber: Harian Kontan, Sabtu 22 Mei 2021 hal 10

WA only
Leave a Reply