Revisi KSEI, jajaran perusahaan Salim Grup kini tak lagi menjadi pemegang saham di atas 5%.
JAKARTA. Sudah lama beredar kabar bahwa Anthoni Salim, petinggi Grup Salim, turut bereda di balik imperium bisnis milik Chairul Tanjung, pemilik CT Corp. Keduanya juga kerap terlibat kongsi bisnis bersama.
Sebagai contoh dibisnis keuangan. Selain sama-sama memiliki Allo Bank Indonesia (BBHI), sejumlah korporasi di bawah Grup Salim rupanya juga tercatat memiliki saham di Bank Mega yang dikendalikan oleh CT Corp.
Pekan lalu, Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mengumumkan beberapa perusahaan Grup Salim yang tercatat sebagai pemegang saham di atas 5% di emiten berkode MEGA (Harian KONTAN, 28 Maret 2022). Nama INDF, ICBC, Indolife, Megah Eraraharja dan Asuransi Central Asia merupakan perusahaan di bawah Grup Salim. Sementara nama PT Lintas Sejahtera Langgeng dikendalikan oleh Axton Salim, anak Anthoni Salim.
Namun, KSEI merevisi data tersebut, pada Senin (28/3). KSEI menyatakan bahwa kepemilikan saham Bank Mega di atas 5% hanya dipegang oleh PT Mega Corpora yang memiliki sebanyak 58,01% saham MEGA. Sedangkan pemegang saham lain dengan kepemilikan di bawah 5% sebanyak 41,98%.
Sekretaris Perusahaan Bank Mega Christiana M Damanik menyatakan, jumlah saham yang tertera dalam laporan KSEI tanggal 24 Maret itu pasca pemberian saham bonus hasil RUPS Bank Mega tanggal 25 Februari silam.
Namun demikian, Christin, begitu biasa ia dipanggil, tidak membenarkan atau membantah nama-nama entitas Grup Salim yang menjadi pemegang saham Bank Mega. “Pemilik di bawah 5% ada ribuan, Bisa lihat di laporan tahunan,” tutur Christin, Senin (28/3).
Malu-malu
Kemunculan nama-nama Grup Salim di MEGA terungkap seiring proses pembagian dividen saham dan saham bonus Bank Mega yang menerbitkan 4,77 miliar saham baru. Alhasil, total saham ditempatkan dan disetor penuh Bank Mega yang semula berjumlah 6,96 miliar bertambah menjadi 11,74 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan tahunan Bank Mega 31 Desember 2021, yang tercatat sebagai pemegang saham dengan kepemilikan di atas 5% adalah PT Mega Corpora (8,02%) dan PT Indolife Pensiontama (5,7%).
Pengamat Pasar Modal, Yanuar Rizky menilai, muncul dan hilangnya pemilik saham di atas 5% dari suatu emiten memiliki beberapa makna. Mulai dari kesalahan administrasi hingga si investor untuk tampil ke publik.
“Kalau kita kembali ke belakang pada era Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), Salim kena surat pernyataan lunas dengan catatan, seluruh aset diberikan. Sejak itu, Salim menghilang. Tapi ada di mana-mana, dia membesarkan CT dan EMTK, ujarnya.
Ia menyebutkan, seiring dengan program pengampunan pajak atau tax amnesty dari pemerintah, berbagai pengusaha mulai kembali muncul termasuk dari kemunculan Salim. Yanuar menilai, langkah masuk ke Bank Mega sebagai bentuk eksistensi Grup Salim di industri keuangan.
Dari sisi good corporate governance (GCG), Yanuar melihat, revisi data pemegang saham di atas 5% membuat bingung investor. Tapi di sisi lain, ada semacam isyarat bahwa Grup Salim memang di balik Bank Mega.
KONTAN mencoba meminta konfirmasi ke Gideon A. Putro Sekretaris Perusahaan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Namun hingga berita ini naik cetak, ICBP belum memberikan penjelasan atas aksi kepemilikan saham di Bank Mega.
Sumber : Harian Kontan Selasa 29 Maret 2022 hal 1
Leave a Reply