Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) agar nilai tukar rupiah tidak tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
“Kalau enggak, ya kita (rupiah) akan tertekan lagi tertekan lagi,” kata Darmin di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (28/9/2018).
Bank Indonesia (BI) pada rapat dewan gubernur bulanan 26-27 September 2018 memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI 7 days reverse repo rate.
Bunga acuan naik 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%. Memang, dalam lima bulan di tahun ini sejak Mei hingga September bank sentral sudah mengerek bunga 150 bps atau 1,5%.
Menurut Darmin, kenaikkan BI 7 days reverse repo rate bisa dibilang sikap mengimbangi atas kenaikkan Fed Fund Rate (FFR) yang menjadi 2-2,25%.
“Kalau sudah harus memilih antara stability dengan growth, ya kalau stability-nya terancam, ya stability-nya dulu yang diurusin,” jelas dia.
Tidak hanya itu, Mantan Dirjen Pajak ini juga mengaku bahwa kenaikkan BI 7 days reverse repo rate memberikan dampak terhadap perekonomian. Namun dia tidak menjelaskan terkait dampaknya seperti apa.
“Pasti akan ada pengaruhnya. Artinya, kita sedang masuk dalam situasi tingkat bunganya sedikit lebih tinggi. Ya apa boleh buat,” tutup dia.
Sumber: Detik
Leave a Reply