Fasilitas KB & KITE Bisa Ungkit Ekspor

Jakarta. Pemerintah berupaya menggenjot nilai ekspor untuk memperbaiki neraca dagang yang terus defisit. Salah satu cara dengan memberikan fasilitas kawasan berikat (KB) dan Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) bagi pengusaha yang berorientasi ekspor. Fasilitas tersebut merupakan insentif bidang kepabeanan dan pajak.

Pemerintah berharap, fasilitas tersebut bisa menggenjot investasi anyar di dalam negeri setelah mendapat bahan baku dari luar negeri. Pemerintah ingin, nilai ekspor perusahaan lokal bisa lebih besar dibandingkan impor.

“Target utama fasilitas tersebut pada tahun ini adalah rasio ekspor dibandingkan impor sebesar 2,6 kali,” kata Kepala  Subdirektorat Jenderal (Kasubdit) Humas Bea Cukai, Deni Surjantoro, Senin (18/2).

Dengan rasio tersebut, setiap US$ 1 bahan baku impor yang didatangkan dengan fasilitas  KB dan KITE tersebut, bisa menghasilkan produk ekpsor lebih dari dua kali lipat nilai impor yakni mencapai US$ 2,6 per produk ekspor.

Berdasarkan Survei Dampak Ekonomi Fasilitas Kawasan Berikat dan KITE sepanjang 2017 yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai bersama Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) dan University Network for Indonesia Export Development (UNIED), rasio ekspor terhadap impor yang menggunakan fasilitas KB dan KITE sebesar 2,40 kali.

Target pemerintah rasio nilai ekpsor, bisa naik 2,6 kali drai nilai impor.

Tahun 2017, nilai ekspor dengan fasilitas KB dan KITE mencapai Rp 780,81 triliun, atau tumbuh 5,5% dari hasil ekspor dengan fasilitas sejenis di 2016 yang mencapai Rp 737,7 triliun.

Deni pun berharap, apabila rasio ekspor terhadap impor meningkat dan dibarengi dengan lonjakan investasi, maka bisa punya efek ganda. Seperti penerimaan pajak, penyerapan tenaga kerja dan efek ekonomi lainnya bisa mencatatkan hasil positif.

Pada 2017, adanya fasilitas KB dan KITE yang mencapai Rp 57,28 triliun mampu memberi nilai tambah terhadap perekonomian nasional sebesar Rp 402,5 triliun. Lantas pembentukan modal tetap bruto atau investasi yang terealisasi mencapai Rp 178,17 triliun serta menyumbangkan ke penerimaan negara sebesar Rp 90,6 triliun. Hal ini masih ditambah dengan penyerapan tenaga kerja hingga 1,95 juta orang, yang membuat jaringan usaha dan kegiatan ekonomi tidak langsung menjadi bergulir.

Sumber : Harian Kontan

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only