Dear Ditjen Pajak, YouTuber hingga Selebgram Potensinya Gede Lho

Penerimaan pajak dinilai belum begitu optimal. Padahal jika pemerintah bisa mendorong penerimaan pajak defisit APBN bisa dikurangi.

Ekonom Senior dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani menilai, selama ini Indonesia sangat bergantung pada komoditas. Ketika harga komoditas tinggi penerimaan pajak juga tinggi, tapi jika sedang merosot begitu juga dengan penerimaan pajak.

“Jadi ke depan bagaimana ketergantungan kita terhadap komoditas harus dikurangi,” ujarnya di Hotel Century Park, Jakarta, Selasa (26/3/2019).

Di sisi lain hingga saat ini penerimaan pajak dari pajak penghasilan (PPh), baik PPh 21 maupun PPh badan masih rendah. Menurut catatannya, kontribusinya kurang dari 1%.

Padahal dengan penduduk yang besar, masyarakat kalangan menengah dan atas Indonesia tengah bertumbuh. Itu artinya masih banyak masyarakat Indonesia yang belum patuh dalam membayar pajak.

“Artinya kelas menengah meningkat, kelas atas meningkat tapi kepatuhan pajak rendah. Sebenarnya kita bisa kurangi defisit APBN bila semua patuh pajak,” tambahnya.

Menurut Aviliani salah satu potensi pajak yang besar saat ini dari YouTuber dan Selebgram. Sudah menjadi rahasia publik, pendapatan dari konten kreator saat ini begitu besar. Mereka adalah pekerja informal yang butuh kesadaran dalam membayar pajak.

“Contohnya Youtuber Atta itu pendapatannya bisa Rp 1 miliar per bulan. Jadi jangan yang formal saja, informal pun harus patuh bayar pajak. Karena era teknologi kita harusnya bisa dapat pajak yang besar,” tambahnya.

Meski begitu, Aviliani mengakui defisit anggaran masih dalam batas aman. Pada 2018 realisasinya hanya 1,76% atau Rp 259,9 triliun dari target yang sebesar 2,19% atau Rp 325,9 triliun.

Sumber: detik.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only