Pengamat: Meski Masih Defisit, Kondisi Keuangan Negara Aman

JAKARTA – Kondisi keuangan negara saat ini berjalan normal. Pemasukan negara dari berbagai sektor terus mengalir. Oleh karena itu tidak perlu ada kekhawatiran berlebihan di kalangan masyarakat.

Namun demikian mengingat anggaran masih terus mengalami defisit pemerintah perlu lebih kreatif menggali dan memperluas sumber sumber pendapatan. Selain meningkatkan tax ratio, juga menggali sumber sumber cukai yang belum digarap selama ini.

Bukan mengutak atik cukai dari sektor industry yang sudah menjalankan kewajibannya secara baik dan memenuhi target.

Hal tersebut disampaikan Pengamat Ekonomi yang juga dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Berly Martawardaya dan Ketua BIdang Ekonomi Pengurus Pusat Gerakan Pemuda Anshor (GP Ansor) Sumantri Suwarno kepada pers, kemarin di Jakarta.

“Memang pada periode Januari – Maret kondisi keuangan negara menipis. Namun mulai akhir Maret serta April dan seterusnya seiring dengan pembayaran pajak tahunan dan mengalirnya pemasukan negara dari sektor lainnya, kondisi keuangan mulai stabil sehingga tidak ada masalah,”papar Pengamat ekonomi yang juga dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI ) Berly Martawardaya.

Menurut Berly Martawardaya, meski perekonomian negara masih perlu perbaikan, namun secara garis besar para pejabat negara yang mengawal keuangan dan perekonomian nasional sudah berjalan pada arah yang benar.

Hal yang perlu diperbaiki selain peningkatan ekspor dan pengurangan import, juga menggali potensi potensi sumber pendapatan yang selama ini belum disentuh atau belum direalisasikan.

“Yang perlu diperbaiki adalah pendapatan negara di bidang pajak. Target pajak kita selama ini belum tercapai 100 %. Selain itu tax ratio pajak kita juga masih rendah. Baru pada angka 10- 12 persen dari GDP kita. Padahal di negara tetangga seperti Thailand saja sudah mencapai 17 persen. Karena itu sudah saatnya tax ratio kita dinaikan. Pajak kita masih bisa terus digenjot, terutama pajak orang pribadi,”papar Berly Martawardaya.

Selain pajak, Berly juga menyoroti cukai. Target penerimaan cukai, menurut Berly Martawardaya sudah terpenuhi secara baik. Karena itu, sektor cukai yang sudah memenuhi kewajibannya secara baik, tahun 2019 ini tidak perlu dikotak katik.

Yang perlu digali di sektor cukai adalah potensi cukai yang ada di luar negeri tapi di dalam negeri belum dikenakan cukai.

Di tempat yang sama, ketua Bidang Ekonomi Pengurus Pusat GP Ansor Sumantri Suwarno sependapat dan mendukung apa yang disampaikan Berly Martawardaya.

Menurut alumni FEB UI, jika pemerintah jeli, masih banyak sumber sumber pendapatan negara yang belum digali dan dimanfaatkan oleh pemerintah menjadi sumber pendapatan negara yang dapat menutupi atau mengurangi defisit anggaran negara.

“Di negara negara lain, plastik sudah mulai dikenakan cukai. Karena itu sudah saatnya pemerintah menerapkan cukai bagi industri maupun pemakaian plastik di tanah air. Selain untuk melindungi lingkungan dan alam sekitar dari bahaya plastik juga untuk menambah pundi pundi pendapatan negara. Pemerintah memang perlu lebih kreatif dalam menggali potensi pendapatan negara di bidang cukai,”papar Sumantri Suwarno.

Pada kesempatan tersebut Sumantri Suwarno menyesalkan pemerintah yang terlalu banyak berkutat pada penarikan cukai di industri rokok atau tembakau. Sementara cukai di produk atau industri lainnya masih diabaikan.

Menurut konsultan keuangan beberapa perusahaan property ini,industri tembakau jangan terlalu diperas dengan mengenakan cukai yang terlalu berat atau kenaikannya berulang ulang. Sebab Industri rokok maupun tembakau selain memberikan pendapatan langsung bagi negara yang jumlahnya ratusan triliun juga menyerap lapangan pekerjaan bagi rakyat .

Sumber : TRIBUNNEWS.COM

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only