Airlangga Siapkan Jateng Tempat Relokasi Pabrik Tekstil China

Jakarta. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto akan menyiapkan Provinsi Jawa Tengah (Jateng) sebagai kawasan pembangunan pabrik tekstil hasil relokasi industri asing, termasuk dari China. Rencananya, kawasan itu akan mencontoh Kawasan Industri Kendal yang sudah lebih dulu dibangun di Jateng.

Airlangga mengatakan ini merupakan salah satu gagasan kebijakan pemerintah untuk mendukung kebutuhan industri tekstil nasional. Tujuannya, agar industri tekstil dalam negeri mendapat suntikan modal dari investor luar.

Tujuan lain, untuk meningkatkan ekspor dari industri tekstil, sehingga bisa memberi dampak peningkatan ekspor secara keseluruhan dan mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia.

“Di Kendal ada KI dari China, relokasi ke sana. Nah, tentu ini perlu kami perluas lagi,” ujar Airlangga, Senin (16/9).

Tak hanya menyiapkan kawasan khusus, ia juga berencana memberikan ‘bonus’ insentif bagi investor yang tertarik merelokasi pabriknya ke Tanah Air. Rencananya ada dua insentif yang akan ditawarkan, yaitu fasilitas penghapusan pajak (tax holiday) dan bebas impor mesin tekstil bekas.

“Itu akan dipermudah oleh pemerintah. Semua itu akan dilakukan dalam waktu dekat, kami akan koordinasi dengan kementerian terkait,” katanya.

Rencananya, Kementerian Perindustrian juga akan berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan untuk melakukan harmonisasi impor tekstil di Pusat Logistik Berikat (PLB). “Nanti kami kaji kembali,” imbuhnya.

Di sisi lain, pemerintah juga akan melihat kembali kemudahan perizinan bagi investor di sektor industri tekstil. Sebelumnya, Airlangga juga mengatakan tengah ‘merayu’ Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati untuk membebaskan pungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) impor kapas sebagai bahan baku industri.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) kecewa karena banyak perusahaan asal China hengkang dan merelokasi pabrik mereka ke berbagai negara. Namun, tidak ada satu pun yang lari ke Indonesia.

Kekecewaan Kepala Negara berasal dari laporan perwakilan Bank Dunia di Indonesia yang menyebut bahwa ada 33 perusahaan keluar dari China. Dari jumlah tersebut, sebanyak 23 perusahaan memilih pindah ke Vietnam dan mendirikan bisnis di sana. Sisanya, 10 perusahaan pindah ke Malaysia, Kamboja, dan Thailand.

Menurutnya, perusahaan China enggan ke Indonesia karena masalah perizinan yang berbelit-belit. “Tidak ada yang ke Indonesia, tolong ini digarisbawahi. Hati-hati, berarti kita punya persoalan yang harus kita selesaikan,” tutur Jokowi.

Sumber: cnnindonesia.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only