Manufaktur Tantangan Berat Periode II Jokowi

Saat pelantikan Presiden RI, Jokowi janji meningkatkan manufaktur dalam negeri.

Jakarta, Presiden Joko Widodo (Jokowi) berjanji akan melakukan transformasi ekonomi pada periode kedua pemerintahannya. Caranya: mengurangi ketergantungan sumber daya alam (SDA) dan meningkatkan industri manufaktur domestik.

Ini menjadi pekerjaan rumah yang cukup berat bagi Jokowi dan menteri-menterinya. Di satu sisi, kinerja manufaktur sangat tergantung kondisi perdagangan dunia yang masih dihantui perang dagang. Di sisi lain, daya saing manufaktur Indonesia masih kalah tertinggal.

Ini menyebabkan kinerja manufaktur dalam negeri kian melemah. IHS Markit mencatat, Purchasing Managers Index (PMI) kuartal III-2019 hanya 49,2 yang merupakan capaian terendah sejak akhir tahun 2016.

Kontribusi sektor pengolahan terhadap produksi domestik bruto (PDB) juga semakin turun, menjadi hanya 19,35% pada tahun 2018. Pada tahun-tahun sebelumnya, sumbangan sektor pengolahan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), masih berada di atas 20%.

Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, pada periode pertama pemerintahan, Jokowi belum banyak melakukan kebijakan yang benar-benar bisa dirasakan oleh sektor riil.

Sebab itu, “Pemerintah dalam lima tahun ke depan harus bisa untuk menarik investasi, meningkatkan gairah ekspor, hingga memicu produktivitas melalui revitalisasi industri secara signifikan,” katanya belum lama ini.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finanance (INDEF) Abdul Manap Pulungan menilai, pemerintah selama ini masih belum bisa menyelesaikan sejumlah persoalan. Misalnya, ketergantungan terhadap bahan baku, bahan penolong dari impor, kawasan ekonomi khusus (KEK) yang belum berjalan maksimal, serta paket-paket kebijakan yang belum terasa bagi industri,

Menurutnya, stimulus fiskal dan non fiskal sama-sama penting dilakukan pemerintah untuk terus mendorong industri manufaktur di Indonesia. Tapi yang paling penting adalah stimulus yang spesifik dan berorientasi pada ekspor.

Abdul Manap mengingatkan, saat ini yang masih tumbuh membaik adalah industri berbasis konsumen seperti makanan minuman, komunikasi dan otomotif. Sebeb itu, ia menyarankan agar pemerintah juga mulai untuk fokus pada sektor industri yang berbasis bahan baku domestik.

“Seperti hilirisasi komoditas mentah, sehingga nilai tambahnya semakin tinggi,” Abdul Manap.

Sementara itu, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menambahkan, pemerintah perlu terus berupaya melindungi industri dalam negeri terkait masuknya barang pesaing dari luar negeri, dan memastikan kepastian tersedianya barang-barang input untuk setiap industri.

Sumber : Harian Kontan

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only