Ini PR Besar Menkeu Sri Mulyani pada Periode Kedua

JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kembali ditunjuk sebagai Menteri Keuangan dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo yang kedua.

Jika dirunut, sinyal mengenai penunjukkan mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini sebenarnya telah diungkapkan Presiden Jokowi belum lama ini.

Seperti dikutip dari Bloomberg, dalam kunjungan ke Surakarta beberapa pekan lalu kepala negara bahkan secara terang-terangan akan mempertahankan Sri Mulyani dalam struktur kabinetnya untuk 5 tahun ke depan.

Lantas apa capaian Sri Mulyani selama 5 tahun jadi menkeu dan PR apa yang harus diselesaikannya?

Kemunculan Sri Mulyani ke dalam jajaran eksekutif sendiri bermula pada 2016. Alumni SMA N 3 Semarang ini muncul ketika posisi anggaran dalam posisi yang kurang menguntungkan. Porsi belanja bertambah sedangkan penerimaan pajak terus menunjukkan tren penurunan kinerja.

Begitu menjabat sebagai menkeu, sosok Sri Mulyani mulai melakukan efisiensi besar-besaran. Pemotongan anggaran dilakukan di hampir 85 kementerian dan lembaga. Langkah ini dilakukan untuk menyelematkan kredibilitas anggaran.

Pun demikian, meski penghematan gencar dilakukan, realisasi defisit anggaran tetap meleset dari yakni di angka 2,49% dari target APBN Perubahan 2016 yang dipatok senilai 2,35% dari produk domestik bruto (PDB).

Tak sampai disitu, untuk mereformasi fiskal terus dilakukan, pengetatan anggaran juga menjadi prioritas Sri Mulyani. Anggaran disusun lebih realistis, namun demikian, lantaran kinerja penerimaan pajak yang tak kunjung membaik, defisit pada tahun 2017 sempat diproyeksikan mencapai 2,92%.

Proyeksi defisit tersebut dilakukan dengan asumsi belanja yang dialokasikan dalam APBN realisasinya mencapai 100%. Walaupun, dalam perjalanannya defisit APBN tahun 2017 tetap saja melebar dari tahun 2016 yakni di posisi 2,51% terhadap PDB.

Pada 2018, kondisinya relatif berbeda. Minyak melambung tak terkendali. Harga komoditas yang sempat nyungsep mulai merangkak naik. Imbasnya tentu positif bagi pengelolaan anggaran.

Pendapatan negara surplus. Belanja negara juga optimal. Desifit yang semula berada di atas 2% berhasil ditekan hingga ke angka 1,83%. Dari aspek kinerja anggaran, barangkali pengelolaan anggaran tahun 2018 merupakan yang terbaik selama pemerintahan Kabinet Kerja jilid I.

Namun demikian, capaian ini bukannya tanpa catatan. Pengelolaan anggaran yang cukup apik tersebut tak lain karena imbas dari harga migas dan komoditas yang meroket. Sehingga, selain tidak berkelanjutan, posisi anggaran bisa dengan mudah berubah 180 derajat jika harga komoditas anjlok seperti tahun-tahun sebelumnya.

Benar saja, tanpa hitungan tahun, pada awal 2019 harga migas dan komoditas SDA lainnya perlahan menyusut. Ekonomi langsung lesu. Pertumbuhan penerimaan pajak tak pernah sampai dua digit. Bahkan pada awal Oktober 2019, penerimaan pajak terkontraksi sebesar 0,31%.

Shortfall penerimaan pajak melebar. Defisit pun juga diproyeksikan melebar dari target. Dan pengelolaan anggaran tahun 2019 mengalami titik nadir seperti sebelum tahun 2019.

Alhasil mengakhiri jabatannya sebagai menkeu, Sri Mulyani masih meninggalkan catatan dalam pengelolaan fiskal, terutama penerimaan pajak.

Semoga pada periode kedua jabatannya sebagai menkeu, perempuan kelahiran Lampung ini bisa menuntaskan berbagai masalah struktural dan mampu mewujudkan mimpi-mimpi besar Presiden Jokowi.

Sumber : Bisnis.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only