Neraca Dagang Surplus, IHSG Kok Balik Arah Jadi Melemah?

Jakarta, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan terakhir di pekan ini, Jumat (15/11/2019), di zona hijau.

Pada pembukaan perdagangan, IHSG menguat 0,28% ke level 6.115,76. Namun, IHSG kemudian berbalik arah ke zona merah pasca Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data perdagangan internasional periode Oktober 2019. Per pukul 09:30 WIB, IHSG melemah 0,09% ke level 6.093,57.

Sepanjang bulan lalu, BPS mencatat bahwa ekspor melemah sebesar 6,13% secara tahunan, lebih baik ketimbang konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan ekspor mengalami kontraksi sebesar 9,03%. Sementara itu, impor diumumkan ambruk hingga 16,39% secara tahunan, lebih dalam dibandingkan konsensus yang memperkirakan kontraksi sebesar 16,02%.

Neraca dagang Indonesia pada bulan lalu membukukan surplus senilai US$ 160 juta, lebih baik ketimbang konsensus yang memperkirakan adanya defisit senilai US$ 300 juta.

Sejatinya, surplus neraca dagang yang mengejutkan tersebut bisa menjadi kabar positif bagi pasar saham tanah air. Namun, tampaknya pelaku pasar dibuat khawatir terhadap koreksi di pos impor yang begitu dalam.

Untuk diketahui, sudah sedari bulan Juli impor Indonesia membukukan kontraksi secara tahunan. Memasuki kuartal IV-2019, tekanan terhadap pos impor ternyata bukan mengendur, namun bertambah parah.

Lemahnya impor tersebut merefleksikan aktivitas ekonomi yang lesu. Untuk diketahui, laju perekonomian Indonesia di sepanjang tahun 2019 terbilang mengecewakan.

Pada awal bulan ini tepatnya tanggal 5 November, BPS merilis angka pertumbuhan ekonomi periode kuartal III-2019. Sepanjang tiga bulan ketiga tahun ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,02% secara tahunan.

Untuk diketahui, pada kuartal I-2019 perekonomian Indonesia tercatat tumbuh sebesar 5,07% secara tahunan, disusul oleh pertumbuhan sebesar 5,05% secara tahunan pada kuartal II-2019.

Angka pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan pertama tahun ini sedikit berada di atas capaian periode yang sama tahun sebelumnya (kuartal I-2018) yang sebesar 5,06%. Sementara untuk periode kuartal-II 2019, pertumbuhan ekonomi jauh lebih rendah jika dibandingkan capaian kuartal II-2018 yang mencapai 5,27%.

Pada kuartal III-2019, angka pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai 5,02% tersebut lantas berada di bawah capaian periode kuartal I-2019 dan kuartal II-2019. Capaian tersebut juga jauh lebih rendah dari capaian pada kuartal III-2018 kala perekonomian Indonesia mampu tumbuh 5,17% secara tahunan.

Ketika perekonomian begitu lesu seperti saat ini, saham-saham di tanah air memang memiliki kecenderungan untuk diterpa tekanan jual.

Sumber: cnbcindonesia.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only