Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, Suryo Utomo mengakui jumlah penerimaan pajak untuk tahun ini masih cukup berat. Hal tersebut tidak lepas dari pengaruh kondisi ekonomi global yang bergerak negatif.
“Sebab kondisi perekonomian sedang tidak bagus di 2019. Jadi kalau boleh disampaikan ke publik (penerimaan negara) masih 0,23 persen cukup berat,” katanya dalam acara dialog perpajakan di Kantor Pusat DJP, Jakarta, Selasa (10/12).
Dia menyebut pertumbuhan pajak sebesar 0,23 persen tersebut merupakan pertumbuhan pajak secara neto. Sementara penerimaan bruto masih berada di pertumbuhan 3,5 persen.
“Artinya bahwa betul tahun 2019 walupun melambat masih ada pertumbuhan dengan Oktober kita masih cari assment Hinga Desember 2019,” ujarnya.
Dia menambahkan, realisasi penerimaan negara sejauh ini masih jauh dari harapan pemerintah. Hal ini diperparah dengan penurunan harga komoditas serta perlambatan pada impor yang terjadi hampir di tahun ini.
“Tapi sisi berbeda bahwa apakah jumlah ini sudah sesuai target penerimaan? jawbaannya belum.Ini harapan kami ke depan, di bulan Oktober ada tearning point dijenis pajak tertentu ada perubahan yang diharapkan bulan November, Desember or event 2020 akan alami perbaikan,” tandasnya.
Sebelumnya, Kementerian Keuangan mencatat realisasi penerimaan pajak baru mencapai Rp1.018,47 triliun atau 64,56 persen dari target APBN 2019 sebesar Rp1.577 triliun serta masih tumbuh sebesar 0,23 persen (yoy). Pencapaian ini berasal dari penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Nonmigas dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengatakan, pihaknya terus menerus mengamati penerimaan pajak dari bulan ke bulan. Meski demikian, dia mengakui pada beberapa sektor terjadi perlambatan penerimaan pajak.
“Penerimaan pajak kita betul-betul pelototi bulan per bulan dan memang sampai Oktober ada yang alami turning poin seperti PPh pada 21 untuk PPh pasal 21 itu melambat di kuartal 3,” ujar Sri Mulyani di Kantornya, Jakarta, Senin (18/11).
Sumber: liputan6.com
Leave a Reply