Jakarta, Sektor industri dasar berpotensi kembali merajai kinerja indeks sektoral di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang tahun 2019 ini. Tahun lalu, sektor tersebut juga naik paling tinggi dengan capaian kenaikan 24,01% di antara 9 sektor yang ada di BEI.
Data bursa mencatat, kinerja sektor industri dasar sejak awal tahun hingga Senin (23/12/2019) mengalami kenaikan 16,36%, kinerja tersebut paling tinggi dibandingkan sektor lainnya.
Wajar jika sektor industri dasar kinerjanya paling kinclong hingga tahun berjalan (year to date/ytd) karena kenaikan pada saham-saham yang di antaranya ialah: PT Barito Pacific Tbk/ BRPT (+213,8%), PT Chandra Asri Petrochemical Tbk/TPIA (+77,64%), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk/INTP (+7,05%), dan PT Semen Indonesia Tbk/SMGR (+5,87%).
Bila dilihat secara bobot saham-saham yang mempunyai pengaruh paling besar kepada sektor industri dasar yakni: TPIA (23,85%), BRPT (16,98%), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk/CPIN (14,03%), INTP (9,25%), dan SMGR (9,19%).
Bila diperhatikan kontribusi dua saham yakni BRPT dan TPIA menjadi yang paling besar terhadap sektoralnya dengan total bobot 40,83%.
Perlu diketahui bahwa TPIA merupakan anak usaha BRPT yang bergerak pada industri kimia dasar dengan kepemilikan saham 41,5%. Dua emiten ini dimiliki oleh taipan Prajogo Pangestu, salah satu crazy rich Indonesia.
Kinerja TPIA pada kuartal III-2019 sebenarnya turun 81,11% jika dibandingkan kuartal tahun sebelumnya (ytd), nilai laba bersihnya mencapai US$ 31,45 juta (Rp 440,37 miliar, asumsi kurs Rp 14.000/US$), turun tajam dari periode yang sama tahun 2018 yang sebesar US$ 169,84 juta (Rp 2,38 triliun).
Perusahaan berencana menerbitkan saham baru lagi tahun depan (right issue) maksimal 7,16 miliar saham baru yang tentunya diiringi dengan menerbitkan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). Saat ini belum ditetapkan berapa harga pelaksanaan rights issue tersebut.
Dalam keterbukaan informasi yang dipublikasikan di BEI, perusahaan dengan kode saham TPIA ini akan menggunakan seluruh dana hasil rights issue untuk belanja modal dan meningkatkan kapasitas produksi perseroan atau entitas anak.
“Penambahan modal dengan HMETD III akan dilaksanakan setelah diperolehnya izin pemegang saham dalam RUPS dan pernyataan efektif dari OJK,” tulis manajemen Chandra Asri, Jumat (20/12/2019).
Perseroan menjadwalkan RUPS akan dilaksanakan pada 5 Februari 2020. Dengan penambahan modal ini memungkinkan TPIA mencari dan memperoleh pembiayaan tambahan dalam bentuk pinjaman atau pembiayaan utang lainnya dengan syarat dan ketentuan yang menguntungkan perseroan.
Sentimen positif lainnya untuk TPIA perusahaan mendapatkan pembebasan pajak ‘Tax Holiday’ karena pabrik polyethylene yang dibangun merupakan industri strategis nasional. TPIA sebelumnya sudah pernah mendapatkan Tax Holiday senilai US$ 380 juta.
Dalam rilis laporan keuangan Kamis pagi ini (26/12/), laba Barito Pacific juga ambles 78% menjadi US$ 12,47 juta pada 9 bulan pertama tahun ini dari periode yang sama tahun sebelumnya US$ 57,13 juta seiring dengan penurunan pendapatan perusahaan pada periode September 2019 itu.
Sumber : cnbcindonesia.com
Leave a Reply