Tetap Wapada Meski Efek Brexit ke RI Sangat Kecil

“Nilai ekspor indonesia ke inggris kurang dari 5% dari total ekspor indonesia”

JAKARTA. Inggris resmi keluar dari Uni Eropa (UE) pada Jumat (31/1) lalu. Peristiwa British Exit(Brexit) setelah proses panjang sejak 2016. Peristiwa ini akan berdampak pada Inggris dan UE juga dunia internasional. Apalagi UE dan Inggris merupakan salah satu kekuatan politik dan ekonomi global. Bagi Indonesia, UE termasuk salah satu pasar ekspor. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS),nilai ekspor nonmigas Indonesia ke UE periode Januari-Septembern 2019 mencapai US $ 10,67 miliar atau turun 17,5% year on year (yoy) dari 2018. Adapun ekspor Indonesia ke Inggris cukup mini. Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM) mencatat sepanjang 2019, Inggris  tak masuk lima besar.

Makanya, Ekonomi Institute Development of Economics and Finance (Indef) Berly Martawardaya menilai Brexit hampir tidak berpengaruh bagi perekonomian indonesia. Ekdpor Indonesia ke Inggris Kurang dari 5% dari total ekspor Indonesia. Namun keluarnya Inggris dari Uni Eropa, membuat posisi Indonesia lebih kuat dalam membahas perjanjian kerja sama ekonomi dengan Inggris. Terlebih posisi Inggris lebih membutuhkan untuk menjalin kerjasama dengan negara-negara non Commonwelth. “(Kerja sama ) produk-produk seafood dan pertanian berpotensi tinggi. Selama ini, komoditas tersebut lewat UE,” kata Berly kepada KONTAN, Minggu (2/2).

Namun, Peneliti Ekonomi Senior Institut Kajian Strategis Universitas Kebangsaan RI Eric Sugandi. Sugandi melihat dampak Brexit bisa terjadi  melalui dua jalur, yakni perdagangan dan finansial. “Dampak langsung ke Indonesia  lewat kedua jalur tersebut tidak sebesar dampak tidak langsungnya,” kata Eric kepada KONTAN. Eric bilang, selain bukan negara tujuan ekspor utama,Inggris bukan investor besar baik untuk investasi langsung maupun portofolio. Tapi, Indonesia bisa terkena dampak tidak langsung, yakni lewat perlambatan ekonomi global.

Eric memperkirakan, brexit menyebabkan ketidakpastian. Khususnya, dari arus barang, jasa dan tenaga kerja. Padahal, UE dan Inggris  merupakan tujuan ekspor banyak negara didunia. Di bursa saham brexit berpengaruh negatif, walaupun pelaku pasar sudah mengantisipasinya.

Tetap Waspada

Menteri Keuangan Sri Mulyani juga optimis Brexit tidak berdampak signifikan bagi perekonomian Indonesia jangka pendek. Sebab pelaku usaha sudah mengantisipasi sehingga tidak akan menimbulkan gejolak berarti. “Saya rasa tidak ada dampak yang sifatnya immediate,” kata Menteri Keuangan, Jumat (31/1). Kendati demikian, Sri Mulyani dan jajarannya tetap mencermati dinamika global pasca brexit dan pengaruhnya terhadap perekonomian. Sebab dalam jangka panjang, proses transisi pemisahan Inggris dari UE akan menentukan bagaimana kepentingan ekonomi kedua negara kedepan, tetap terjaga.

“Kami tetap harus waspada kalau nantinya ada kesepakatan yang tidak menguntungkan kedua belah pihak. Trafik manusia dari modal pasti akan terpengaruh, apalagi Inggris selama ini menjadi hub dan pusat keuangan Eropa,” tambahnya. Sri Mulyani mengaku, saat ini dirinya lebih fokus mengamati dampak wabah virus korona pada pasar keuangan dan perekonomian. Sebab, hal ini menimbulkan ketidakpastian baru ditingkat global.

Sumber: Harian Kontan.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only