Pasang Target Rp 13 triliun dari Kunjungan Turis

Pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 298,5 miliar untuk tarik turis mancanegara.

Jakarta, pemerintah menargetkan dapat meraup devisa hingga Rp 13 triliun dari kunjungan wisatawan mencanegara alias turis asing pada tahun ini. Angka ini merupakan timbal balik dari stimulus untuk menggenjot sektor pariwisata yang terdampak wabah Covid-19 (korona).

Asal tahu saja, pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 298,5 miliar untuk menggenjot kunjungan turis asing ke dalam negeri. Secara terperinci, uang tersebut terdiri dari alokasi anggaran untuk maskapai dan agen perjalanan sebesar Rp 98,5 miliar.

Selain itu, alokasi anggaran untuk promosi sebesar Rp 103 miliar. Juga untuk kegiatan tourism dan influencer masing-masing sebesar Rp 25 miliar dan Rp 72 miliar.

Adapun alokasi anggaran ini, berlaku di 10 destinasi. Yaitu, Bali, Bangka Belitung, Batam, Bintan, Danau Toba, Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta, Labuan Bajo, Malang, Manado, dan Mandalika.

Hitungan pemerintah, alokasi anggaran tersebut bisa menghasilkan devisa negara dalam jumlah yang cukup besar. “Kira-kira dapat menghasilkan devisa sebesar Rp 13 triliun,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusbandio usai rapat terbatas di Kantor Presiden, Selasa (25/2).

Berdasarkan hitungannya, promosi yang dilakukan, akan mampu mendatangkan turis asing sebanyak 736.000 orang. Rerata pengeluaran per kunjungan atau Averange Spending Per Arrival (ASPA) di targetkan lebih dari US$ 1.700 per orang kunjungan.

Lebih lanjut Wishnutama menyebut Indonesia akan mencari pasar turis asing selain China karena adanya penyebaran virus korona. Antara lain Australia dan Eropa.

“Australia, Eropa, dan sebagainya yang punya spending sangat besar di Indonesia per arrivalnya sehingga punya dampak ekonomi yang besar buat Indonesia,” tandasnya.

Asal tahu saja, virus korona telah membuat ekonomi Indonesia lesu. Terutama sektor pariwisata. Ini lantaran jumlah turis Indonesia terbesar berasal dari China.

Tetap Menurun

Ekonom Center of Reform on Economics(Core) Indonesia Mohammad Faisal mangatakan, stimulus yang diumumkan penerintah bersifat jangka pendek. Langkah tersebut lanjutnya, akan cukup membantu sektor dan daerah pariwisata untuk jangka pendek.

Meski begitu, Faisal melihat, kunjungan wisman tahun ini belum bisa diharapkan. Tahun lalu, kunjungan wisman tercatat sebesar 16,11 juta, atau hanya naik 1,8% di banding tahun sebelumnya.

Ia memperkirakan, jika sentimen korona terus berlanjut hampir atau sepanjang tahun, akan ada penurunan wisman sebesar 13% pada tahun ini. “Itu sudah hampir pasti, bahkan bisa lebih karena wisman tak hanya dari China, tetapi dari negara-negara lain,” kata Faisal.

Meskipun demikian, jika sentimen korono bisa teratasi di kuartal pertama atau semester pertama tahun ini, ada peluang penurunan wisman tahun ini lebih kecil. Untuk itu harapannya, penurunan wisman ini bisa digantikan oleh wisatawan atau perjalanan domestik baik swasta maupun pemerintah.

“Jadi jangan hanya mengharapkan Perjalanan Domestik pihak swasta, tapi pemerintah juga harus meningkatkan,” tambahnya. Menurut Faisal, pemerintah juga bisa melakukan pengalihan perjalanan atau acara dari yang semula ada di luar negeri, menjadi ke dalam negeri agar sektor pariwisata bisa terbantu.

Namun yang lebih penting Faisal berharap sentimen korona tidak cuma direspon dengan kebijakan yang bersifat jangka pendek. Ia menyarankan kondisi ini menjadi momentum untuk memperkuat perekonomian domestik Indonesia.

Sumber : Harian Kontan

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only