Fokus Pasar: AS Kaji Penurunan Suku Bunga Lanjutan

JAKARTA – Penasehat ekonomi Amerika Serikat Larry Kudlow mengatakan, pemerintah Amerika Serikat saat ini tengah berupaya mencari jalan keluar demi melindungi AS dari pelemahan ekonomi yang disebabkan oleh Coronavirus.

Kudlow menambahkan, dalam waktu dekat pemerintah akan mengeluarkan kebijakan yang ditujukan untuk ekonomi ekonomi mikro. Hal itu senada dengan ucapan Presiden AS Donald Trump yang menyatakan akan mengeluarkan kembali kebijakan fiskal yakni dengan memerintahkan The Fed untuk kembali memangkas tingkat suku bunga sebagai stimulus.

Lebih lanjut Kudlow mengatakan bahwa ada potensi untuk melakukan penundaan pajak untuk industri pelayaran, travel, dan penerbangan yang dimana sector ini yang cukup terkena dampaknya.

Selain itu AS sebelumnya Trump telah menandatangani RUU pengeluaran darurat sebesar $7.8 miliar untuk mengatasi infeksi yang terus meningkat dan persediaan yang turun drastis. Dalam RUU tersebut mengatur pendanaan untuk pemerintah negara bagian untuk membuka jalan untuk pinjaman berbiaya murah untuk usaha kecil.

Pilarmas Sekuritas menilai bahwa para pelaku pasar dan investor masih khawatir bahwa apa yang dilakukan oleh Pemerintah Amerika masih belum cukup untuk menjaga potensi resesi yang terjadi.

“Kami melihat bahwa antara langkah yang diambil oleh The Fed dengan kecemasan yang diakibatkan oleh Virus Korona tidak sebanding, sehingga pasar keuangan tetap merespon negatif pemangkasan tersebut,” jelas Pilarmas dalam keterangan resmi, Senin (9/3).

Disisi lain harga minyak kembali menunjukan penurunan setelah Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) gagal mencapai kesepakatan dengan sekutunya mengenai pengurangan produksi untuk menjaga harga minyak agar tetap stabil, Rusia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam OPEC menolak rencana tersebut dengan tetap memproduksi minyak mentah diatas 1,5 juta barel per hari.

Pilarmas Sekuritas mengatakan hal ini tentu saja memberikan dampak yang luas pada ekonomi. Apabila kesepakatan tersebut gagal, maka para anggota OPEC lainya pun tidak akan membatasi produksi minyak mentah mereka yang dikhawatirkan dapat membuat harga terus mengalami penurunan.

Perlu diketahui saat ini harga minyak WTI mengalami penurunan sebanyak 10.07%, yang merupakan penurunan terburuk sejak November 2014 lalu. Brent mengalami penurunan sebanyak 9.44%, terendah sejak Juni 2017.

Beberapa Bank besar di Amerika mengatakan bahwa Brent akan jatuh di kisaran harga $35 barel pada kuartal kedua, dengan WTI juga berada di kisaran $30 per barel, padahal sebelumnya minyak diperkirakan akan berada dikisaran harga $57.50 untuk Brent dan WTI $52.50.

“Apabila harga minyak mentah terus mengalami penurunan, tentu saja akan mendorong masalah yang lebih besar setelah virus corona yang akan membuat pasar kesulitan untuk bangkit,” papar Pilarmas.

Cadav RI

Beralih ke dalam negeri Bank Indonesia pada akhir pekan kemarin menyatakan bahwa cadangan devisa pada bulan Februari 2020 mengalami penurunan. Cadangan devisa Indonesia bulan Februari 2020 sebesar US$130,4 miliar jika dibandingkan dengan bulan Januari yang sebesar 131,7 miliar.

Direktur Eksekutif Departemen komunikasi BI mengatakan, posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,7 bulan impor atau 7,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor dan Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

“Penurunan cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah,selanjutnya Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang tetap baik,” Pungkas Pilarmas.

Sebagai informasi, penyebab utama resesi global yaitu Coronavirus terus menyebabkan korban berjatuhan, kabar terbaru menyebutkan tingkat korban di Italia saat ini lebih banyak dibanding dengan Korea Selatan dengan melaporkan sekitar 7,275 orang yang terinfeksi dengan korban meninggal sekitar 366 orang. Dengan begitu jumlah kematian akibat Coronavirus di luar Tiongkok saat ini sudah mencapai 700 orang.

Sumber : Investor Daily

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only