Tahun Ini, Emisi Sukuk Indonesia Diramal Lampaui Realisasi 2019

JAKARTA – Potensi pelebaran defisit dan kebutuhan investor akan instrumen investasi yang bervariasi diperkirakan dapat membuat emisi sukuk pada tahun 2020 mengalami kenaikan dibandingkan dengan 2020.

Menurut Associate Director of Research and Investment Pilarmas Sekuritas Maximilianus Nico Demus, prospek peningkatan pembiayaan defisit pemerintah melalui sukuk cukup terbuka lebar pada tahun ini. Salah satu faktor pendorong yang akan menarik para investor ke obligasi syariah ini adalah tingkat kupon yang cenderung lebih tinggi dibandingkan obligasi konvensional.

“Karena tingkat likuiditas pasar syariah belum sekuat obligasi konvensional di Indonesia sehingga pemerintah juga harus memberi pemanis berupa kupon yang tinggi,” katanya kepada Bisnis, Kamis (26/3/2020).

Selain itu, kondisi penyebaran virus corona di Indonesia juga akan ikut mempengaruhi emisi sukuk Indonesia. Upaya pemerintah memberikan insentif-insentif fiskal berupa pemotongan atau penghilangan pajak ditengah kondisi ketidakpastian ini secara langsung akan berdampak pada penurunan penerimaan pajak negara.

Shortfall penerimaan pajak tersebut, selanjutnya, akan berdampak pada naiknya utang dan defisit Indonesia yang ikut melebar.

“Pelebaran defisit ini berpotensi menaikkan emisi sukuk Indonesia untuk pembiayaan utang, bisa berbentuk sukuk rupiah ataupun sukuk valuta asing,” tambahnya.

Di sisi lain, Nico melihat minat investor terhadap pasar sukuk masih dapat ditingkatkan oleh pemerintah, utamanya pada pasar ritel. Menurutnya, saat ini sudah banyak masyarakat Indonesia yang memandang sistem keuangan syariah sebagai kebutuhan utama. Oleh karena itu, mereka pasti akan membutuhkan instrumen investasi yang sesuai dengan prinsip tersebut.

Tingginya minat investor ritel terhadap sukuk juga terlihat dari serapan pada penawaran sukuk ritel seri SR012. Berdasarkan data dari Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, seri ini berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp12,14 triliun. Jumlah tersebut berada diatas target pemerintah pada angka Rp8 triliun.

Peningkatan minat tersebut dapat dilakukan dengan melakukan edukasi dan sosialisasi terkait beragam instrumen sukuk yang ditawarkan.

“Instrumen sukuk yang dimiliki Indonesia juga sudah sangat beragam, mulai dari sukuk tabungan, savings bond, green sukuk, dan lain-lainnya,” katanya.

Sebelumnya, laporan dari Moody’s Investors Service yang dirilis pada Kamis (26/3/2020), total penerbitan sukuk global pada 2019 mencapai US$71 miliar.

Dari jumlah tersebut, Indonesia menempati urutan kedua negara dengan emisi sukuk terbanyak di dunia dengan total penerbitan US$15,9 miliar. Indonesia mencatatkan kenaikan emisi sukuk jangka panjang sebanyak US$4,5 miliar, dengan US$2 miliar diantaranya berupa sukuk valuta asing.

Sementara itu, total pembiayaan yang dilakukan Indonesia melalui penerbitan sukuk juga telah mencapai sepertiga dari keseluruhan defisit. Perolehan tersebut naik cukup signifikan bila dibandingkan dengan angka sebelum tahun 2015 yang berada dibawah 15 persen.

Sumber: Bisnis.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only