Penerimaan Pajak Melambat

, SURABAYA – Penerimaan pajak awal tahun ini mulai terdampak pandemi. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Timur (Kanwil DJP Jatim) I mencatat penerimaan pajak pada kuartal I 2020 senilai Rp 9,83 triliun. Angka tersebut mencakup 17,97 persen dari target tahunan Rp 54,70 triliun.

Penerimaan tersebut tercatat menurun 5,42 persen dari capaian pada periode yang sama tahun lalu. Pada kuartal I 2019, penerimaan pajak tercatat sebanyak Rp 10,93 triliun. Meski terjadi penurunan dari sisi jumlah penerimaan, namun Kanwil DJP Jatim I masih masuk dalam posisi 7 besar kanwil pajak dengan capaian terbaik pada kuartal I lalu.

Beberapa penerimaan pajak yang berkurang di antaranya Pajak Penghasilan (PPh) pasal 22 impor yang turun 14,64 persen. Kemudian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) impor turun 13,08 persen. Sementara Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) turun 70,93 persen. “Di Surabaya, ini memang ada pengaruh dari aktivitas impor yang tidak lagi banyak dilakukan. Terutama impor dari Tiongkok,” kata Kepala Bidang Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat Kanwil DJP Jatim I Heru Budhi Kusumo pekan lalu.

Bukan hanya impor barang konsumsi saja yang menurun. Pengaruh ini juga banyak disebabkan oleh menurunnya impor barang modal dan bahan baku. Dengan kondisi perekonomian Jatim yang banyak disokong oleh industry manufaktur, maka aktivitas ekspor-impor cukup berpegaruh besar pada pertumbuhan penerimaan pajak.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim menunjukkan, selama Januari-Februari 2020 impor yang masuk ke Jatim sebesar USD 3,63 miliar. Angka tersebut terkontraksi 4,41 persen dibandingkan impor pada Januari-Februari 2019 yang sebesar USD 3,80 miliar. Pada Februari 2020, impor barang konsumsi anjlok 23,65 persen secara year on year (yoy). Sementara impor bahan baku dan barang modal masing-masing turun 6,09 persen (yoy) dan 14,74 persen (yoy).

Kepala BPS Jatim Dadang Hardiwan menyebutkan impor dari Tiongkok menurun cukup besar. “Pada Januari hingga Februari 2020, impor dari Tiongkok turun 28,12 persen (yoy),” ucapnya.

Di tengah kondisi perekonomian yang stuck akibat pandemic Covid-19 saat ini, Heru berharap ada sector lain yang dapat menopang perekonomian. “Penerimaan dari industry farmasi, alat kesehatan, produksi makanan dan minuman, itu bisa kita dorong. Selain itu pajak dari usaha di sector perdagangan menengah juga akan tumbuh,” sambungnya.

Menurut Heru, permintaan alkes, alat pelindung diri (APD), obat-obatan dan suplemen makanan meningkat sejak virus SARS-CoV-2 mewabah. Namun permintaan makanan dan minuman tetap tinggi. Selain itu, perdagangan kelas menengah seperti minimarket masih banyak meraup keuntungan. Justru perdagangan besar seperti mal-mal, serta perdagangan internasional banyak mengurangi aktivitasnya.

Sumber: Prokal.co

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only