Produk Indonesia Masih Butuh Bahan Baku Impor

JAKARTA – Board Member / Anggota Dewan Pengawas Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) dan Ekonom Australian National University Arianto Patunru mengatakan, saat ini, banyak produk Indonesia membutuhkan bahan baku yang belum dapat disediakan oleh dalam negeri sehingga butuh melewati impor.

“Kalau Indonesia terus melakukan pembatasan terhadap impor secara berlebihan, maka hal ini tidak hanya akan berdampak pada kerugian yang dirasakan oleh negara eksportir, tetapi dapat menghambat pertumbuhan investasi di dalam negeri. Produk Indonesia yang masih membutuhkan bahan baku impor dikhawatirkan akan mengalami penurunan nilai dan sulit bersaing dengan produk negara lain,” kata dia.

Pemerintah ingin memangkas peraturan yang menghambat investasi dan ingin meningkatkan ekspor Indonesia. Tetapi keinginan ini bertolak belakang dengan kebijakan proteksi impor. Birokrasi yang panjang dan memakan waktu lama, pembatasan kuota dan perizinan, penentuan waktu impor dan hambatan non tarif lainnya akan membawa dampak negatif bagi investasi dan nilai ekspor. Kinerja investasi dan ekspor Indonesia pada akhirnya akan memengaruhi perekonomian Indonesia secara agregat.

“Saat ini banyak produk Indonesia membutuhkan bahan baku yang tidak dapat disediakan oleh dalam negeri sehingga butuh melewati impor. Kalau pemerintah memberikan pembatasan terhadap impor yang berlebihan, tidak hanya akan berdampak pada kerugian yang dirasakan oleh negara eksportir, tetapi dapat menghambat pertumbuhan investasi di dalam negeri. Belum lagi produk Indonesia yang di ekspor akan mengalami penurunan nilai,” ungkapnya.

Arianto menyatakan, kebijakan menutup diri ini tidak akan berdampak positif dalam jangka panjang karena Indonesia masih sangat bergantung pada impor untuk bahan baku produk tertentu. Perspektif yang salah ini juga menyebabkan upaya Indonesia untuk menerapkan langkah-langkah non-tarif dalam beberapa tahun terakhir telah menyebabkan kenaikan biaya produksi yang pada akhirnya mengarah pada produk yang tidak bersaing dengan harga di pasar internasional.

Selain mengurangi hambatan perdagangan, Indonesia juga perlu melakukan beberapa hal, seperti memperbaiki manajemen logistik supaya kebutuhan masyarakat bisa sampai kepada mereka dengan cepat, aman dan sesuai dengan anjuran pemerintah terkait social distancing. Indonesia juga perlu membentuk sistem Emergency Food Reserves atau Cadangan Pangan Darurat. Sistem ini juga bisa dilakukan melalui kerja sama dengan negara lain, misalnya lewat kerangka East Asian Emergency Rice Reserves / APTERR.

Sumber : Suaramerdeka.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only