Rantai Pemasaran Kopi di Indonesia akan Dijaga

Jakarta: Rantai pemasaran kopi Indonesia yang melibatkan koperasi dan usaha kecil menengah (UKM) akan terus dijaga selama penanganan darurat virus korona (covid-19). Beragam program stimulus yang digulirkan pemerintah bisa untuk dimanfaatkan.

  “Selain anggaran untuk penanganan kesehatan, jaring pengaman sosial dan penyelamatan UMKM telah menjadi prioritas Pemerintah,” kata Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM M Riza Damanik melalui keterangan tertulis, Jumat, 17 April 2020.

  Dorongan tersebut, lanjut Riza, antara lain melalui relaksasi kredit usaha dan stimulus pinjaman bagi UMKM dan koperasi, pembebasan pajak UMKM, kartu prakerja, kartu sembako, bantuan tunai, dan stimulus daya beli produk UMKM. Saat ini, manfaat stimulus tersebut sudah banyak diimplementasikan dalam momentum meningkatnya permintaan Alat Pelindung Diri (APD).

Kasubdit Tanaman Penyegar, Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, Ditjen Perkebunan, Kementerian Pertanian (Kementan) Hendratmojo Bagus Hudoro memastikan pihaknya mengeluarkan berbagai kebijakan seperti keringanan kredit usaha serta menyiapkan pasar ekspor alternatif.

  “Tahun ini, Kredit Usaha Rakyat (KUR) pertanian disiapkan dengan bunga rendah yakni enam persen per tahun dan tanpa agunan untuk pinjaman maksimal Rp50 juta,” ujarnya.

  Tahun ini, lanjut Hendratmojo, Ditjen Perkebunan ditarget realisasi KUR sebesar Rp20,37 triliun dengan rincian di hulu Rp19,76 triliun dan di hilir Rp0,6 triliun. Anggaran dana tersebut ditujukan untuk mengakselerasi kinerja ekspor produk pertanian.

  “Untuk komoditas yang besar di sektor ekspor seperti kopi, kami mengkaji alternatif pasar ke negara-negara seperti Jerman, Prancis, Amerika Serikat, Argentina, Jepang, Korea Selatan, dan Afrika Selatan,” paparnya.

  Dalam kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Sustainable Coffee Platform of Indonesia (Scopi) Paramita Mentari Kesuma memaparkan bahwa petani kopi sudah memahami terkait wabah covid-19 yang bisa mengancam perekonomian. Saat ini, unit produksi kopi sangat butuh bantuan terutama peningkatan serapan hasil panen.

  “Sebagian besar dari mereka belum memperoleh informasi terkait langkah antisipasi, dukungan atau bantuan dari Pemerintah Pusat maupun Daerah kepada koperasi atau petani kopi,” ungkap Mentari.

  Pengusaha kopi lainnya, Wildan Mustofa, mengatakan dirinya telah mengubah penjualan yang lebih banyak memanfaatkan sistem online. Selain itu, beberapa produk unggulan juga diberikan diskon agar hasil panen petani kopi bisa terserap lebih banyak.

  “Para pemilik kafe skala kecil dan mengengah mengadopsi beberapa taktik penjualan seperti menjadi mitra di marketplace, memberikan diskon produk serta layanan antar. Tapi, tidak bisa dipungkiri, omzet penjualan menurun drastis, bisa sampai 90 persen,” ungkap Wildan.

  Wildan memastikan para pengusaha kopi akan tetap membeli hasil panen kopi ke petani meski dengan skala yang lebih kecil. Sat ini, periode panen kopi sudah dimulai di beberapa lokasi seperti Aceh dan puncaknya pada Mei hingga September 2020.

  “Oleh karenanya kami butuh dukungan Pemerintah untuk juga membeli atau menampung hasil panen petani agar harga pasaran kopi tidak turun drastis,” pungkasnya.

Sumber: Medcom.id

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only