Saham perbankan, BBCA, BBRI, BMRI dan BBNI jatuh, begini penjelasan analis

JAKARTA. Sejumlah saham perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI) kompak terkoreksi dan semakin tertekan pada perdagangan Kamis (16/4).

Saham Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) melemah hingga 5,43% ke harga 2610 per saham, kemudian Bank Central Asia (BBCA) juga minus 4,47% ke level 26200, Bank Mandiri (BMRI) terkoreksi 4,31% menjadi 4210, dan Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) anjlok 5,24% ke harga 3.380.

Analis Henan Putihrai Sekuritas Liza Camelia mengatakan, secara tren memang investor asing terus menjual saham sektor perbankan. Ia menilai, saham perbankan bukan merupakan sektor yang favorable untuk dikoleksi di tengah kondisi ekonomi yang lesu, serta belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang signifikan.

Sentimen yang membuat saham perbankan mengalami tekanan jual cukup besar karena investor khawatir akan potensi Non Performing Loan (NPL) yang meningkat akibat relaksasi kredit yang diberikan oleh Otoritas Jasa Keuangan kepada bisnis yang terdampak baik secara langsung atau tidak langsung oleh Covid-19.

Apabila dilihat dari proporsinya, Liza merinci, kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) BBCA hanya sekitar 15,04% pada tahun 2019. Adapun, BBRI memiliki porsi penyaluran kredit UMKM mayoritas atau mencapai 61,4%, dan BBNI menyalurkan kredit ke UMKM sebesar 26,7%.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, tingkat risiko dan dampak dari kebijakan relaksasi kredit bisa dilihat dari porsi penyaluran kredit masing-masing perbankan. “Ini menandakan bahwa tingkat risiko dan dampak dari kebijakan relaksasi kredit pada BBCA tidak akan sebesar pada BBNI maupun BBRI,” ujarnya pada Kontan, Kamis (16/4).

Penyebaran Covid-19 yang masih terus berlanjut dan semakin memburuk masih menjadi pemberat bagi saham-saham bank sehingga investor asing juga melepas kepemilikannya.

Berdasarkan data dari RTI, hari ini BBRI menjadi saham yang paling banyak dilepas asing dengan nilai Rp 464,69 miliar. Sementara itu, saham BBCA berada di posisi kedua yang mencatat net sell sebesar Rp 318,21 miliar.

Head of Research Analyst FAC Sekuritas Wisnu Prambudi Wibowo menilai, salah satu faktor yang membuat asing hengkang karena hari ini diperberat dengan rilis data Survei Perbankan Bank Indonesia.

Yang mana, dalam rilis data tersebut mengindikasikan pertumbuhan triwulanan kredit baru melambat pada triwulan I-2020.

Hal itu tercermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) permintaan kredit baru pada triwulan I-2020 sebesar 23,7%, lebih rendah dibandingkan 57,8% pada triwulan I-2019.

Wisnu tak dapat menghitung sampai kapan tekanan yang akan dialami oleh perbankan, paling tidak, perbankan akan kembali bangkit setelah pandemic Covid-19 ini berakhir.

Di lain sisi, ia berpendapat, Pemerintah sudah meluncurkan kebijakan-kebijakan relaksasi untuk meminimalisir dampak negatif dari Covid-19 terhadap kondisi ekonomi.

“Misalnya dengan menggratiskan pajak UMKM selama 6 bulan ke depan, diharapkan dapat tetap bertahan,” tambahnya.

Wisnu menjagokan saham-saham seperti BBCA, BBRI, BBNI, dan BMRI. Menurutnya, saham-saham ini masih menarik karena mereka punya struktur modal yang baik, rajin membagi dividen, serta memiliki historical kinerja yang apik. Yang terang, perbankan bakal menjadi sektor pertama yang bangkit Ketika ekonomi membaik.

Sumber : KONTAN.CO.ID

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only