Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan pendapatan negara sepanjang 2020 akan turun 10 persen dari target semula lantaran terpengaruh pandemi virus Corona. Berdasarkan outlook APBN 2020, pendapatan negara diperkirakan mencapai Rp 1.760,9 triliun dari target awal Rp 2.233,2 triliun atau hanya mencapai 78,9 persen dari proyeksi semula.
“Pendapatan negara tumbuh negatif karena didorong turunnya pendapatan perpajakan hingga -5,4 persen dari target dan adanya kombinasi dari pelemahan ekonomi,” ujar Sri Mulyani dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi XI DPR, Kamis, 30 April 2020.Skip
Rinciannya, penerimaan perpajakan sepanjang 2020 diperkirakan hanya mencapai Rp 1.462,6. Dengan begitu, ada penurunan penerimaan pajak sebesar Rp 403 triliun dari target semula sebesar Rp 1.865,7 triliun.
Turunnya penerimaan perpajakan didorong oleh adanya shortfall pajak sebesar Rp 388,5 triliun. Adapun penerimaan pajak turut lantaran terhantam oleh perang harga minyak yang terjadi sepanjang triwulan pertama ini.
Di sisi lain, turunnya perpajakan juga terpengaruh oleh melemahnya pemasukan Bea dan Cukai yang diperkirakan tumbuh negatif sebesar 2,2 persen dengan shortfall mencapai Rp 14,6 triliun. “Kondisi ini memperhitungkan dampak stimulus pembebasan bea masuk untuk 19 industri,” kata Sri Mulyani.
Sedangkan dari sisi pendapatan negara bukan pajak (PNBP), dalam outlook APBN 2020, pemerintah hanya akan menerima Rp 297 triliun sampai akhir tahun. Ini berarti PNBP mengalami penurunan pendapatan 26,9 persen dari target dalam APBN.
Sementara itu, Sri Mulyani mengatakan belanja negara dalam APBN 2020 bertambah sebesar Rp 405,1 triliun untuk penanganan wabah virus Corona. Dengan kondisi ini, APBN sepanjang 2020 akan mengalami defisit 5,07 persen dari pendapatan domestik bruto (PDB). Melebarnya defisit ini sesuai dengan yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2020.
Sumber: tempo.co
Leave a Reply