Pertumbuhan ekonomi lesu, CORE desak pemerintah turunkan harga BBM, listrik, dan gas

JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2020 di level 2,97%, lebih rendah daripada pencapaian periode sama tahun lalu yakni 5,07%.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Akhmad Akbar Susamto mengatakan, untuk tarif bahan bakar minyak (BBM), listrik, dan gas harus diturunkan guna menjaga konsumsi masyarakat. Mengingat, konsumsi adalah kontributor utama pertumbuhan ekonomi.

Kata Akhmad, BBM merupakan konsumsi terbesar masyarakat miskin sebab menjadi salah satu komponen terbesar pengeluaran penduduk miskin. Meskipun penurunan mobilitas orang saat ini berdampak pada berkurangnya penggunaan BBM, namun BBM tetap berperan besar dalam mobilitas barang logistik yang tetap sangat krusial perannya selama masa wabah. 

Apalagi, harga minyak mentah terus mengalami penurunan hingga di bawah US$ 25 per barel.  Hitungan CORE semestinya harga dasar BBM di bawah RON 95 dapat turun setidaknya pada kisaran Rp 4.500- Rp5.000 per liter. 

“Harga tersebut berpotensi lebih rendah jika Kementerian ESDM menurunkan biaya konstanta (alpha pengadaan, penyimpanan, dan distribusi) dan margin perusahaan penyalur BBM,” kata Akhmad, Selasa (5/5).

Informasi saja, pada bulan Februari 2020, untuk mengakomodasi kepentingan perusahaan penyalur BBM, sebagaimana yang tertuang dalam Kepmen ESDM No. 62.K/12/MEM/2020, pemerintah telah menaikkan biaya konstanta dari Rp1.000 menjadi Rp 1.800 (RON di bawah 95 dan Minyak Solar CN 48) dan dari Rp 1.200 menjadi Rp2 .000 (RON 95, RON 98, Minyak Solar CN 51). 

“Semestinya dalam situasi seperti ini, pemerintah dapat merevisi kembali formula penetapan harga BBM tersebut sehingga dapat membantu meringankan beban ekonomi masyarakat,” ujarnya.

Akhmad juga bilang pemerintah perlu menambah jumlah rumah tangga penerima diskon pemotongan tarif listrik sehingga mencakup minimal seluruh pelanggan 900VA. Saat ini, selain golongan ?yang mendapat pemotongan 50% hanya sebanyak 7,2 juta pelanggan dari total 22,1 juta. “Sebagian mereka saat ini diperkirakan telah jatuh ke dalam kategori penduduk miskin dan rentan miskin,” katanya. 

Sementara untuk LPG tiga kilogram harus diturunkan pemerintah karena menurut CORE harga propane dan butane yang menjadi bahan baku utama Aramco yang menjadi acuan perhitungan harga subsidi LPG sudah turun. “Pemerintah memiliki cukup ruang untuk menurunkan harga bahan bakar itu di kisaran Rp 1.000 per kg-Rp 2.000 per kg. Ini akan memberikan dampak yang cukup besar,” kata Akhmad. 

Sumber : KONTAN.CO.ID

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only