Jakarta – Amerika Serikat melaporkan rekor defisit anggaran sebesar US$ 738 miliar (sekitar Rp 10.975 triliun) pada April, akibat pengeluaran pemerintah yang terlalu besar dan menyusutnya pendapatan di tengah COVID-19.
Departemen Keuangan AS mengatakan defisit anggaran pada April adalah pengeluaran dana paling besar untuk mengurangi dampak ekonomi akibat pandemi tersebut. Defisit anggaran untuk setiap bulan sebelumnya adalah US$ 235 miliar, pada Februari 2020.
“Benar-benar mencolok, yang saya pikir tidak akan pernah saya lihat,” ujar pejabat senior Departemen Keuangan AS kepada wartawan saat ditanya mengenai angka anggaran bulanan, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Defisit fiskal year-to-date (YtD) melonjak menjadi US$ 1,48 triliun dibandingkan dengan defisit US$ 531 miliar pada periode yang sama pada tahun 2019, melampaui rekor defisit bulanan sebelumnya yaitu US$ 870 miliar pada April 2011 silam.
Kongres AS menyetujui paket stimulus penyelamatan US$ 2,3 triliun untuk menangani krisis pada 27 Maret dan bertambah tiap waktu. Mereka mengambil total pengeluaran bantuan darurat sekitar US$ 3 triliun untuk membantu melindungi individu, keluarga, bisnis, dan pemerintah negara bagian dan lokal.
April merupakan bulan pertama beberapa program stimulus mulai dibayarkan. Pejabat senior Departemen Keuangan juga mengatakan sekitar US$ 600 miliar dikucurkan pada April untuk memberikan bantuan akibat COVID-19, sementara penerimaan dikurangi sekitar US$ 300 miliar akibat krisis.
Selain itu, biasanya Departemen Keuangan mulai membukukan surplus karena pembayaran pajak jatuh tempo pada 15 April. Namun akibat pandemi, hal itu ditunda hingga 15 Juli mendatang. Pemerintah hanya melaporkan defisit April 15 kali selama 66 tahun terakhir.
Alasan utama untuk pengurangan penerimaan adalah penangguhan pajak individu dan bisnis tertentu sejak April. Serta perubahan undang-undang perpajakan yang disahkan dalam undang-undang baru-baru ini, kata Departemen Keuangan.
Lebih dari 33 juta orang Amerika telah mengajukan tunjangan pengangguran sejak 21 Maret akibat pandemi yang berkepanjangan. Sementara pada bulan yang sama, penerimaan mencapai US$ 242 miliar, turun 55% dari tahun sebelumnya, sementara pengeluaran naik 161% menjadi US$ 980 miliar.
Sekitar US$ 283 miliar dalam pajak penghasilan individu yang tidak dipotong akan dibayarkan pada bulan April 2019, menurut data Departemen Keuangan. Sementara penerimaan pajak yang ditahan dari gaji pekerja, yang berjumlah US$ 114 miliar pada bulan April 2019 berkurang tahun ini akibat lonjakan pengangguran.
Sumber : CnbcIndonesia.com
Leave a Reply