OECD: Pemulihan Ekonomi akan Lamban dan Tidak Pasti

PARIS – Ekonomi global diperkirakan kontraksi setidaknya 6% pada tahun ini. Hilangnya pendapatan dan ketidakpastian menjadi dampak yang ditimbulkan oleh wabah virus corona Covid-19.

Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi atau OECD menyatakan pada Rabu (10/6), jika sampai terjadi gelombang kedua penularan di akhir tahun, kontraksi itu dapat mencapai 7,6%. Pada kedua skenario di atas, pemulihannya akan berlangsung lambat dan tidak pasti.

Organisasi berbasis di Paris, Prancis ini menggarisbawahi, produk domestik bruto (PDB) global dapat tumbuh sebesar 5,2% pada 2021. Jika krisis Covid-19 tertangguLangi. Tapi hanya sebesar 2,8% jika muncul gelombang infeksi yang kedua.

Dalam proyeksi terbaru tentang ekonomi dunia tersebut, OECD mengingatkan, pada akhir tahun depan hilangnya pendapatan dapat melebihi apa yang pernah terjadi pada setiap resesi selama 100 tahun terakhir di luar masa perang. Konsekuensi tersebut mengerikan dan akan bertahan lama bagi perorangan, perusahaan, dan pemerintah.

“Saat pengangguran meningkat, utang swasta di beberapa negara juga sangat tinggi Jadi ada risiko besar kegagalan bisnis dan kebangkrutan,” kata OECD.

Dalam proyeksi sebelumnya pada Maret 2020, ketika wabah telah melanda Tiongkok tetapi belum menyebar ke ekonomi besar lainnya, OECD memangkas perkiraan pertumbuhan global hingga setengah poin persentase menjadi 2,4%. Ini pun akan menjadi kinerja terburuk sejak krisis keuangan global 2008.

Segalanya menjadi jauh lebih buruk sejak itu. Karena perdagangan dan perjalanan ditutup, seiring para pemerintah gencar berupaya mengendalikan pandemi dengan meminta warga tetap di rumah. Wabah ini telah menewaskan lebih dari 400.000 orang di seluruh dunia hingga saat ini.

Menurut laporan tersebut, aktivitas ekonomi di 37 negara anggota OECD telah runtuh. Dalam beberapa kasus penurunan mencapai 20%-30%.

Selama tidak ada vaksin atau pengobatan atas virus corona Covid-19, OECD menilai upaya menjaga penularan dengan jaga jarak fisik, mengetes orang, melacak, dan mengisolasi yang terinfeksi akan tetap menjadi kunci dalam memerangi pandemi ini.

Tetapi dalam kondisi seperti itu, sektor-sektor yang dipengaruhi oleh penutupan perbatasan dan sektor yang membutuhkan kontak pribadi yang dekat, seperti pariwisata, perjalanan, hiburan, restoran, dan akomodasi tidak dapat beroperasi seperti sebelumnya.

Perlakuan yang Lebih Adil

Pemerintah dan bank sentral di seluruh dunia telah mengambil langkah besar untuk melindungi bisnis dan para pekerja dari kejatuhan ekonomi. Tetapi ini juga memiliki konsekuensi, kata laporan itu, karena utang publik bruto naik dengan cepat.

“Pemerintah dapat menyediakan jaring pengaman yang memungkinkan warga dan perusahaan menyesuaikan diri, tetapi tidak bisa memperkuat pekerjaan dan upah aktivitas sektor swasta untuk periode yang lama,” tutur OECD.

Pemerintah dinilai perlu menyesuaikan dukungannya, memungkinkan proses restrukturisasi yang cepat untuk perusahaan, menyediakan penghasilan bagi pekerja di antara sejumlah pekerjaan, pelatihan bagi yang kehilangan pekerjaan, dan perlindungan sosial bagi pihak yang paling rentan.

Penurunan ekonomi juga telah memperburuk ketidaksetaraan antara pekerja. Yang dapat bekerja dari rumah umumnya sangat berkualitas, sementara banyak orang yang lebih muda dan tidak lebih berkualitas tidak dapat bekerja atau diberhentikan.

Kesulitan ini diperparah oleh akses yang tidak setara terhadap perlindungan sosial. “Pemerintah harus memanfaatkan kesempatan ini untuk merekayasa perekonomian yang lebih adil dan berkelanjutan, membuat persaingan dan regulasi yang lebih baik, memodernisasi pajak pemerintah, belanja, dan perlindungan sosial,” kata OECD.

Sumber : Investor.id

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only