Indeks Keyakinan Konsumen Kembali Melemah

Hasil survei konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) melaporkan indeks keyakinan konsumen (IKK) pada Mei 2020 kembali melemah.

Posisi IKK Mei berada di level 77,8, lebih rendah dari IKK April 2020 sebesar 84,8. “Survei konsumen BI pada Mei 2020 mengindikasikan perlemahan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi masih berlanjut,” tulis BI dalam laporannya yang dirilis, Jumat (12/6/2020).

Untuk diketahui, apabila posisi IKK berada di bawah 100, hal ini mengindikasikan persepsi konsumen terhadap kondisi perekonomian cenderung pesimistis. Sebaliknya, bila IKK berada di atas 100 maka konsumen cenderung optimistis terhadap situasi perekonomian.

Atas kondisi perekonomian saat ini, keyakinan konsumen terhadap penghasilan saat ini dan ketersediaan lapangan kerja mengalami perlemahan akibat turunnya penghasilan rutin karena diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan terjadinya pemutusan hubungan kerja.

Sejalan dengan hal tersebut, keyakinan konsumen untuk melakukan pembeliaan barang tahan lama atau durable goods cenderung turun, terutama pada jenis barang elektronik, furnitur, dan perabot rumah tangga.

Dari sisi pengeluaran, BI mencatat terjadi penurunan indeks pada seluruh kelompok pengeluaran terutama pada kelompok responden dengan tingkat pengeluaran di atas RP5 juta per bulan.

Dengan data ini, bagaimana dengan prospek penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) per Mei 2020 ini hingga bulan-bulan ke depan? Direktur Potensi, Kepatuhan dan Penerimaan Pajak Ditjen Pajak (DJP) Ihsan Priyawibawa tidak menerangkan terlalu banyak.

“Terkait dengan penerimaan PPN Mei 2020 akan diumumkan pada rilis APBN Kita, jadwalnya segera,” kata Ihsan.

Meski demikian, data yang dipaparkan Kemenkeu pada APBN Kita edisi sebelumnya sudah menunjukkan bahwa penerimaan PPN dalam negeri cenderung melambat dari bulan ke bulan.

Secara akumulatif per April 2020, tercatat penerimaan PPN dalam negeri mampu untuk mencapai Rp76,93 triliun, tumbuh 10,09% (yoy) meski IKK pada bulan tersebut sudah berada pada level pesimis.

Namun, bila ditilik secara lebih terperinci dengan melihat pertumbuhannya pada setiap bulan, tampak pertumbuhan PPN dalam negeri sudah melambat per April 2020. Pertumbuhan penerimaan PPN dalam negeri secara bruto pada April 2020 saja ternyata hanya sebesar 0,82% (yoy).

Padahal, pada Januari, Februari, dan Maret 2020 tercatat PPN dalam negeri secara bruto mampu tumbuh masing-masing sebesar 13,79% (yoy), 5,8% (yoy), dan 15,29% (yoy).

Dalam pemaparannya, Kementerian Keuangan menuliskan pertumbuhan PPN dalam negeri secara bruto jauh melambat akibat mulai berlakunya PSBB pada akhir Maret yang mengakibatkan menurunnya kegiatan ekonomi pada beberapa sektor tertentu. (Bsi)

Sumber : DDTCNews

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only