Laba bersih lima bank turun 53% secara bulanan, tapi saham bank ini layak beli

JAKARTA. Kinerja empat emiten bank besar plus PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) turun tajam pada April 2020.

Indo Premier Sekuritas dalam riset pada 22 Juni 2020 menjelaskan, agregat laba bersih empat bank besar yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) ditambah BBTN turun 53% dari bulan ke bulan alias month on month (mom) menjadi Rp 9,71 triliun.

Jovent Muliadi dan Anthony analis Indo Premier Sekuritas dalam riset 22 Juni 2020 menjelaskan, penurunan tersebut disebabkan pendapatan bunga bersih yang menyusut 20% secara mom ditambah terjadi penurunan margin bunga bersih alias net interest margin (NIM) di beberapa segmen.

Perbankan juga harus menaikkan provisi yang lebih tinggi 55% secara mom atau naik 48% secara yoy sepanjang empat bulan di tahun ini.

Ini berarti biaya kredit alias cost of credit (CoC) selama empat bulan di tahun ini naik menjadi 1,8% dari 1,6% dalam empat bulan di tahun 2019. Angka ini menurut di bawah perkiraan kami dan target manajemen 2,8%.

Tapi jika ditotal sepanjang empat bulan di tahun 2020, laba bersih empat bank besar (BMRI, BBRI, BBCA, BBNI) ditambah BBTN sebesar Rp 31,5 triliun, angka ini flat secara yoy. Menurut analis Indo Premier, laba bersih ini memenuhi 67% dari estimasi mereka dan mencakup 41% dari estimasi konsensus.

Indo Premier memperkirakan, pertumbuhan laba sebelum provisi dan pajak penghasilan alias pre-provision operating profit (PPOP) naik 8% yoy diimbangi ketentuan yang lebih tinggi 23% yoy.

Di antara bank-bank yang dikaver Indo Premier, PPOP BBNI naik paling tinggi yakni 12% yoy dan BBCA naik 10% yoy. Sedangkan PPOP BBTN turun 37% yoy dan BBRI turun 12% yoy.

Agregat NIM lima bank turun menjadi 5,5% di empat bulan tahun ini. Dari periode sama tahun 2019, NIM lima bank masih sebesasr 5,9%, sedangkan dalam tiga bulan tahun 2020 NIM kelima bank 5,7%.

Hal ini sebagian besar disebabkan restrukturisasi yang dilakukan oleh semua bank BUM. “Pinjaman yang direstrukturisasi akibat Covid mencapai 15% dari pinjaman pada bulan Mei,” terang analis Indo Premier.

Emiten bank yang NIM turun paling besar dalam empat bulan terakhir adalah BBRI dengan penurunan NIM sebesar 120 bps secara yoy dan BBTN turun 40 bps secara yoy atau flat secara mom. Sedangkan BBCA cenderung flat baik secara yoy atau mom. BBCA juga paling baik diantara empat bank lainnya.

Meski demikian, pertumbuhan kredit kelima bank masih tumbuh 9% secara yoy atau turun 2% secara mom di April 2020. Kredit BMRI tumbuh paling besar yakni naik 13% secara yoy dan turun 3% mom.

BBTN juga membukukan pertumbuhan kredit 3% yoy dan turun 1% mom. Pertumbuhan kredit BBRI naik 6% yoy tapi turun 2% mom.

Pertumbuhan deposito ke lima bank tersebut tumbuh 11% yoy selama empat bulan di tahun ini dan turun 1% mom pada April 2020. Pertumbuhan CASA kelima bank 12% secara yoy dan turun 2% mom.

Agregat LDR meningkat menjadi 91% di April 2020 dari periode sama tahun 2019 di level 93%. Sedangkan pada Maret 2020, LDR agregat kelima bank di 92%.

Pada sektor ini, Jovent Muliadi dan Anthony analis Indo Premier Sekuritas menyarankan netral pada sektor ini karena penurunan EPS dari provisi yang lebih tinggi. Selain itu, NIM perbankan juga lebih rendah diimbangi oleh penilaian PBV 2,1 kali pada tahun 2020 dibanding rata-rata PBV 10 tahun 2,3 kali.

Risiko perbankan bisa naik karena provisi dan margin yang lebih rendah dari yang diperkirakan. Sedangkan downside perbankan adalah risiko default yang lebih buruk dari yang diperkirakan.

Dari lima bank BBTN yang disarankan oleh Indo Premier untuk dibeli dengan target harga Rp 1.200. Sedangkan BMRI, BBRI, BBCA dan BBNI disarankan hold dengan target harga saham masing-masing di Rp 5.100, Rp 2.700, Rp 26.000 dan Rp 3.900 per saham.

Sumber: Kontan.co.id

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only