JAKARTA – Daya dorong konsumsi pemerintah dikuartal kedua tahun ini tampaknya belum terlalu kuat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama April-Mei 2020 bakal semakin terperosok. Konsumsi pemerintah menjadi satu-satunya harapan pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2020. Berdasarkan data Kementerian Keuangan, realisasi belanja negara di semester I 2020 mencapai Rp 1.068,9 triliun, tumbuh 3,3% dibanding periode sama 2019. Ini menjadi kabar baik lantaran pada bulan-bulan sebelumnya di paruh pertama tahun ini, belanja negara masih mencatatkan kontraksi.
Pendorong kenaikan tersebut terutama kinerja belanja pemerintah pusat, dengan realisasi Rp 668,5 triliun atau tumbuh 6%. Peningkatan ini berkat kebijakan penanganan pandemi Covid-19. Misalnya, bantuan sosial, iuran BPJS Kesehatan, dan kenaikan tarif kesehatan untuk aparatur sipil negara (ASN). Meski demikian, Menteri Keuangan Sri Mulyani memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 bisa merosot, sampai minus 5,1%. “ Di kuartal kedua, kami perkirakan akan terjadi penurunan dari pertumbuhan ekonomi yang menggunakan titik di minus 3,8% atau dalam range minus 3,5% hingga minus 5,1%,” katanya,Jumat (9/7).
Proyeksi ini turun drastis dari realisasi pertumbuhan ekonomi di kurartal I sebesar 2,97%. Sehingga, pemerintah memperkirakan, pertumbuhan ekonomi di semester berkisar -1,1% sampai -0,4%. Tekanan tersebut berasal dari kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang masif di berbagai daerah dalam rangka penanganan penyebaran Covid-19. Sri Mulyani berharap, dikuartal III dan IV bisa terjadi pemulihan, seiring kebijakan new normal yang perlahan mulai membangkitkan kembali aktivitas ekonomi. Perkiraan Sri Mulyani, pertumbuhan ekonomi di kuartal III membaik ke level -1% sampai dengan 1,2% dan kuartal IV sebesar 1,6%-3,2%. Sehingga, ekonomi sepanjang tahun sekitar -0,4% hingga 1%.
Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan, secara agregat, pertumbuhan belanja pemerintah pusat meningkat. Tapi, “Sampai Mei 2020 belanja pemerintah pusat tumbuh 1,2%, ternyata salah satu penyumbangnya adalah belanja pembayaran bunga utang yang pada Mei tumbuh 14%, terbesar kedua setelah bansos yang tumbuh 30%,” ujar Yusuf kepada KONTAN. Belanja utang bunga, menurut dia, bukan pos yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Sebab itu, ia sangsi konsumsi pemerintah bakal tumbuh positif di kuartal II tahun ini. Terlebih, belanja pemerintah daerah juga masih terhambat.
Sumber: Harian Kontan
Leave a Reply