Membaca Sinyal Pemulihan Ekonomi dari Data APBN Semester I

JAKARTA — Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah merilis realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) semester I 2020. Hasilnya, sejumlah indikator menunjukkan sinyal pemulihan ekonomi usai terpuruk akibat pandemi covid-19.

Salah satunya, data kenaikan konsumsi listrik. Tercatat, konsumsi listrik Indonesia meningkat pada Juni sebesar 5,4 persen. Padahal sebelumnya, konsumsi listrik tercatat minus 10,7 persen pada Mei.

Rinciannya, konsumsi listrik untuk kebutuhan sosial tumbuh 3,7 persen dari sebelumnya minus 10,7 persen. Lalu, konsumsi listrik rumah tangga naik 12,7 dari 9,7 persen.

Pembalikan paling signifikan tampak dari konsumsi listrik industri yakni naik 3,7 persen dari sebelumnya kontraksi 33,1 persen. Namun, konsumsi listrik untuk keperluan bisnis masih minus 10,5 persen.

“Konsumsi listrik terlihat indikator ada turn around (balik arah) di ekonomi kita,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani, Senin (20/7).

Selain itu, sejumlah jenis pajak terpantau tumbuh positif dari sebelumnya minus. Meskipun secara total penerimaan perpajakan sepanjang semester I 2020 minus 9,4 persen, yakni Rp624,9 triliun. Untuk penerimaan pajak sendiri juga tercatat negatif 12 persen, yakni Rp531,7 triliun.

Sementara itu, beberapa jenis pajak yang mulai bergerak positif di Juni dari sebelumnya negatif pada Mei. Sebut saja, Pajak Penghasilan (PPh) 21 tumbuh 12,28 persen dari sebelumnya kontraksi 23,38 persen.

Lalu, PPh 26 tumbuh 17,61 persen dari sebelumnya minus 19,69 persen. Kemudian, PPh final naik 3,91 persen dari sebelumnya kontraksi 35,04 persen.

Sedangkan PPh Badan mengalami kontraksi paling dalam yakni 38,12 persen pada Juni. Disusul Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Dalam Negeri (DN) sebesar minus 27,38 persen dan PPh/PPN impor minus 13,90 persen. Meski ketiga jenis pajak itu mengalami kontraksi, namun membaik ketimbang posisi Mei.

“Yang penting adalah PPh Badan, kontraksinya dalam karena korporasi dan usaha kontraksi Mei 53,9 persen. Juni juga tetap kontraksi meski lebih rendah dari Mei lalu. Ini kami harap trennya mendekati nol,” imbuh Ani, sapaan akrabnya.

Sejumlah indikator makro lainnya yang menunjukkan sinyal pemulihan ekonomi adalah Indeks Penjualan Riil (IPR). Tercatat, IPR Juni membaik menjadi minus 14,4 persen dari sebelumnya minus 20,6 persen pada Mei. Terjadi perubahan pada kelompok makanan, minuman, tembakau, dan bahan bakar kendaraan.

Selain itu, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Juni naik menjadi 83,8 di Juni dari sebelumnya 77,8 di Mei. Pertumbuhan ini mengindikasikan optimisme konsumen membaik.

Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia mengalami kenaikan pada Juni 2020. PMI terpantau meningkat 10 poin dari 28,6 poin di Mei menjadi 39,1 poin pada Juni.

Kenaikan PMI terjadi secara global yang menunjukkan jika aktivitas manufaktur mulai membaik meski belum ekspansif karena angkanya masih di bawah 50.

Sumber: CNNIndonesia.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only