Jepang Resesi meski Tak Lockdown, Ekonomi Minus 7,8% di Kuartal II/2020

TOKYO – Perekonomian Jepang telah menyusut pada level tercepat usai dihantam pandemi virus corona. Ekonomi Jepang minus 7,8% pada kuartal II periode April-Juni tahun 2020 dan menandai ekonomi terbesar ketiga dunia itu masuk jurang resesi.

Jepang sendiri sejatinya sudah berjuang untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi yang rendah sebelum krisis. Dilansir BBC, Angka yang dirilis pada awal pekan kemarin, adalah peringatan nyata dari dampak keuangan parah yang dihadapi oleh negara di seluruh dunia.

Kontraksi pertumbuhan ekonomi terbesar ketiga dunia itu terjadi dalam tiga kuartal berturut-turut. Kontraksi untuk kuartal II tahun ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan kuartal I yang sebesar 0,6%. Adapun jika dihitung secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Jepang sudah minus 2,2%.

Data terbarunya untuk periode April hingga Juni menjadi penurunan terbesar sejak rilis data pada 1980 dan sedikit lebih besar dari yang diharapkan analis. Salah satu faktor utama di balik kemerosotan adalah penurunan sangat tajam dalam konsumsi dalam negeri, yang menyumbang lebih dari separuh perekonomian Jepang.

Ekspor juga telah merosot tajam karena perdagangan global terkena pandemi. Data terbaru merupakan penurunan tiga kuartalan beruntun ekonomi Jepang, yang mewakili kinerja terburuk sejak 1955.

Penurunan ini menempatkan tekanan lebih lanjut pada perekonomian Jepang yang sudah berjuang dengan efek dari kenaikan pajak penjualan sampai 10% tahun lalu, bersama dengan serangkaian bencana alam yang dialami pada musim gugur yang lalu yakni topan Hagibis.

Kontraksi ekonomi dialami Jepang terjadi meski negeri dengan perekonomian terbesar setelah Amerika Serikat (AS) dan China tersebut tidak memberlakukan lockdown atau isolasi total. Setelah mengalami kontraksi, sebagian besar analis mengharapkan pertumbuhan ekonomi Jepang bisa rebound dalam beberapa bulan mendatang.Perdana Menteri Shinzo Abe telah memperkenalkan paket stimulus besar yang bertujuan untuk membantu menjadi bantalan dari hantaman pandemi. Di sisi lain ekonomi terbesar kedua dunia, China menawarkan beberapa alasan untuk tetap berharap. Ekonomi Negeri Tirai Bambu -julukan China- rebound pada periode April hingga Juni, dengan pertumbuhan 3,2%.

Sumber: Sindonews.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only