Uni Eropa Hitung Potensi Dagang IEU-CEPA Tembus Rp86 T

JAKARTA. Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Piket menghitung potensi nilai perdagangan dari Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia dan Uni Eropa (Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement/IEU-CEPA) mencapai 4,5 miliar sampai 5 miliar euro per tahun pada 2030.

Jumlahnya setara Rp77,4 triliun hingga Rp86 triliun (kurs Rp17.200 per euro Eropa).

Menurutnya, potensi nilai perdagangan yang besar akan memberi keuntungan bagi Indonesia. Sebab, bisa menopang pemulihan ekonomi dan laju pertumbuhan pada tahun-tahun mendatang.

“Ini adalah perjanjian dagang masa depan yang akan memberikan pertumbuhan ekstra kepada Indonesia,” ucap Piket secara virtual kepada awak media, Rabu (13/1).

Pertumbuhan itu juga akan ditopang oleh kontribusi laju ekspor yang diperkirakan naik 18 persen dengan IEU-CEPA. Piket menuturkan laju ekspor dan ekonomi yang lebih tinggi akan memberi manfaat peningkatan pendapatan masyarakat.

“Ini bisa membantu Indonesia merealisasikan tujuan pembangunan berkelanjutan dan mencapai ambisi pada 2045 untuk menjadi negara berpenghasilan tinggi,” jelasnya.

Tak hanya dari sisi perdagangan, kerja sama IEU-CEPA juga dinilai menggairahkan aliran investasi dari benua biru ke tanah air. Saat ini, ia mencatat setidaknya ada 1.100 perusahaan Eropa yang berbasis di Indonesia dan mempekerjakan sekitar 1,1 juta pekerja Indonesia.

“Mereka (perusahaan Eropa) tidak hanya membawa pertukaran pengetahuan dan teknologi ke Indonesia, tapi juga memberi penghasilan bagi pekerja Indonesia. Tren investasi dengan nilai tinggi pun akan meningkat cukup signifikan di Indonesia,” ujar Piket.

Lebih lanjut ia menilai kerja sama dagang antara Uni Eropa dan Indonesia sejatinya tetap baik dari tahun ke tahun, meski ada beberapa sengketa dagang yang bergulir di Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organizations/WTO). Bahkan, di tengah pandemi virus corona (covid-19), meski ada penurunan.

Tercatat, realisasi nilai ekspor Indonesia ke Eropa sebesar US$10,67 miliar pada Januari-Oktober 2020. Jumlahnya turun 11,31 persen dari US$12,03 miliar pada Januari-Oktober 2019.

Piket melihat penurunan terjadi karena terbatasnya alur perdagangan di tengah pandemi covid-19. Kendati begitu, ia mengatakan perdagangan minyak kelapa sawit (Crude Palm Oils/CPO) yang merupakan produk ekspor utama Indonesia ke Eropa justru tumbuh positif pada 2020.

Menurut catatannya, nilai ekspor CPO ke Eropa naik 27 persen pada Januari-Oktober 2020. Sementara, volume ekspornya meningkat 10 persen.

Kondisi ini, sambung Piket, menandakan kerja sama perdagangan kedua negara tetap baik. Khususnya terhadap CPO yang kerap jadi sengketa dagang antara kedua negara.

“Ini sebuah bukti yang sangat jelas bahwa tidak ada pembatasan, Uni Eropa tetap terbuka untuk komoditas alam Indonesia, yaitu minyak kelapa sawit. Tidak benar bila kami mem-banned, melarang, membatasi ekspor minyak sawit,” imbuhnya.

Bahkan, Piket mengklaim Uni Eropa sepakat bekerja sama dengan para produsen CPO di dunia, yaitu Indonesia dan Malaysia untuk menyajikan minyak nabati yang berkelanjutan. Namun, ia menilai kesepakatan kerja sama itu masih membutuhkan waktu sekitar tiga sampai empat bulan mendatang.

“Ini perlu didukung dengan inisiatif-inisiatif terkait pelatihan, adaptasi, dan lainnya di Malaysia dan Indonesia,” tuturnya.

Sementara, terkait kelanjutan gugatan Indonesia kepada Uni Eropa di WTO karena dianggap mendiskriminasi perdagangan CPO dari dalam negeri, Piket menyatakan Uni Eropa akan menunggu hasil dari WTO. Ia juga memastikan Uni Eropa akan mematuhi putusan WTO nanti.

“Kami akan mematuhi apapun hasilnya dari WTO, sehingga tidak ada kasus yang terjadi lagi. Tapi saya tidak punya update secara spesifik, prosesnya tetap berlanjut dan akan melanjutkan,” jelasnya.

Di sisi lain, Piket turut mengapresiasi sertifikasi produk kayu Indonesia melalui Sistem Informasi Legalitas Kayu (SILK).

Sebab, kebijakan ini memberikan kesesuaian standar dengan Eropa sebagai pasar kayu Indonesia dan telah memberi manfaat bagi kinerja ekspor nasional.

“Ini menghasilkan ekspor senilai 1 miliar euro untuk Indonesia,” pungkasnya.

Sumber: Cnnindonesia.com, Rabu 13 Jan 2021

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only