Penyebab ekonomi Indonesia baru akan rebound di kuartal II 2021

JAKARTA. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun ini baru akan mulai rebound di kuartal II-2021.

Sebab, pada kuartal I-2021 ekonomi masih akan tertekan seiring pelemahan konsumsi masyarakat akibat pembatasan sosial untuk meminimalisasi penyebaran virus corona yang makin meningkat.

Kata Sri Mulyani, pada kuartal II-2021 paling tidak ada harapan mobilitas masyarakat akan lebih tinggi dibandingkan kuartal II-2020. Maklum pada April-Mei tahun lalu pemerintah memberlakukan kebijakan pembatasan sosial bersekala besar (PSBB) untuk pertama kalinya.

Terlebih, kuartal II merupakan periode high season demand masyarakat sering dengan momentum Ramadhan dan libur Lebaran.

“Sehingga kita punya foto di Jalan Thamrin Jakarta kosong, ada orang bawa bantal di Jalan Thamrin tidur, kan tidak akan terjadi lagi. Jadi kalau kita lihat kuartal II-2021 mobilitas lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, dan itu terjemahannya konsumsi lebih bagus,” kata Menkeu sasat wawancara khusus dengan Redaksi KONTAN, Jumat (15/1).

Menkeu optimistis pada kuartal II-2021 pertumbuhan ekonomi tidak akan sedalam periode sama tahun lalu yang minus 5,32% year on year (yoy). Dus, besar harapan pemerintah, ekonomi melanjutkan perbaikannya hingga kuartal III-2021 dan kuartal IV-2021.

Kendati demikian, Sri Mulyani menyampaikan vaksinasi akan menjadi penentu lompatan pemulihan ekonomi dalam negeri. Efektivitas vaksinasi dipercaya akan meningkatkan confidence masyarakat khususnya kelas menengah-atas untuk melakukan konsumsi.

“Terlihat kalau orang dengan vaksinasi dan disiplin kesehatan maka merasa lebih safe melakukan kegiatan. Sehingga mobilitas bisa lebih tinggi meningkat dibandingkan situasi tanpa vaksin dan kesadaran disiplin kesehatan,” kata Sri Mulyani.

Di sisi lain, investasi dan ekspor diperkirakan akan menggeliat di sepanjang tahun ini. Hal ini mengingat ekonomi negara asal mitra dagang dan investor dalam negeri sudah pulih. Misalnya, Amerika Serikat (AS), Eropa, dan China.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat realisasi ekspor pada Desember 2020 mencapai US$ 16,54 miliar, tumbuh 8,39% dari bulan sebelumnya. Peningkatan secara bulanan ini didorong oleh adanya peningkatan ekspor minyak dan gas (migas) sebesar 33,66% month on month (mom).

“Saya barusan melihat angka dari ekspor kita Desember 2020 saja tumbuh 8,4%, meski keseluruhan tahun minus 2,6% tapi trennya pemulihan dari ekspor meningkat. Artinya kalau Amerika Serikat (AS), Eropa pulih dan jelas China pulih duluan, maka kita akan litat ekspor kita menjadi lebih baik,” kata Sri Mulyani

Dari sisi investasi menunjukan pemulihan, karena menurut Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini, perbankan sudah mulai melihat adanya pemulihan demand masyarakat. Dus, kredit akan menggeliat di awal tahun ini.

“Investasi pun menunjukan pemulihan kalau perbankan melihat demand-nya sudah tumbuh mulai pick-up. mereka berani untuk landing lagi, maka kredit akan menigkat, capital inflow terjadi cukup deras ampai saat ini. Suku bunga lebih rendah dan niilai tukar yang menguat, ini juga menimbutlan confidence yang kuat terhadap investasi,” ucap Menkeu.

Adapun secara keseluruhan tahun, Sri Mulyani masih optimistis pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5% year on year (yoy) sebagaimana dalam Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 Tahun Anggaran 2021.

 “Jadi kalau kita lihat dari agregat demand, seluruh faktor di luar konsumsi pemerintah yaitu konsumsi, investasi, dan ekspor kita harapkan pick-up di kuartal II-2020 dan seterusnya. Meskipun catatanya kepastian Covid dan vaksinasi itu tetap membayangi, tapi prospeknya diharapkan lebih baik dengan situasi itu,” ujar Sri Mulyani

Sumber : KONTAN.CO.ID, Senin 18 Januari 2021

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only