Tak Tertolong, Harga CPO Anjlok Nyaris 1% Hari Ini

JAKARTA — Harga kontrak futures (berjangka) minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) acuan Malaysia drop nyaris 1% hingga sesi istirahat siang hari ini, Jumat (22/1/2021). Kendati prospek produksi masih cenderung negatif, tetapi kinerja ekspor Negeri Jiran yang mengecewakan membuat harga tertekan.

Harga kontrak CPO pengiriman April 2021 yang aktif diperdagangkan di Bursa Malaysia Deriavatif Exchange turun RM 31 ringgit atau terkoreksi 0,94% ke level RM 3.253/ton.

Dari segi produksi pelaku pasar masih mencermati perkembangan banjir yang melanda sentra produksi sawit terutama di Indonesia dan Malaysia. ready viewed Beberapa daerah yang terkena banjir adalah Sumatra Selatan dan Kalimantan Selatan. Keduanya juga merupakan wilayah sentra produksi sawit.

Apabila mengacu pada data Kementerian Pertanian, total area perkebunan kelapa sawit di wilayah Sumatra Selatan mencapai hampir 1,2 juta hektare sementara di Kalimantan Selatan luasnya mencapai hampir 565 ribu hektare.

Hujan lebat dan banjir tentu menjadi salah satu faktor yang mengganggu rantai pasok industri sawit. Berbagai aktivitas di perkebunan menjadi terhambat. Cuaca yang terlalu ekstrem dan banjir bandang tentu saja menjadi ancaman bagi produksi komoditas ini, sehingga mengerek harganya naik.

Kendati analis dan pelaku pasar masih optimis bahwa harga CPO masih berpeluang menguat di kuartal pertama, tetapi data ekspor yang mengecewakan membuat harga CPO longsor.

Survei yang dilakukan oleh AmSpec Agri Malaysia menunjukkan bahwa ekspor minyak sawit Malaysia pada periode 1-20 Januari drop 41% dibanding periode yang sama bulan lalu menjadi 632.827 ton. Padahal di periode yang sama bulan lalu ekspor Malaysia tercatat sebesar 1.073.663 ton.

Penurunan harga CPO Negeri Jiran juga diakibatkan oleh China yang lebih memilih membeli minyak sawit dari rivalnya yaitu Indonesia. Harga yang sudah mahal ditambah dengan pajak ekspor yang tinggi menjadi faktor penyebabnya. Pajak ekspor minyak sawit Malaysia untuk bulan Februari ditetapkan sebesar 8%.

Dalam laporan terbarunya Fitch Solutions meramal harga minyak sawit kemungkinan akan berada pada level tertinggi 11 tahun di RM 3.050 ringgit (US$ 753,6) per ton pada tahun 2021 karena pasokan yang ketat dan konsumsi yang kuat sebelum turun tahun depan karena kenaikan produksi.

Harga minyak sawit diperkirakan akan terus menurun dalam waktu dekat dari level saat ini karena permintaan dari China dan India turun sebagai akibat dari harga yang tidak kompetitif.

Output minyak sawit akan meningkat di Asia Tenggara mulai paruh kedua tahun ini, sementara harga kedelai pengganti utama dan harga minyak kedelai kemungkinan akan turun akhir tahun ini, tulis Fitch Solutions sebagaimana diwartakan Reuters.

Produksi diharapkan pulih pada paruh kedua tahun ini karena curah hujan yang tinggi dan pemupukan yang lebih baikakibat kenaikan harga.

Produksi Indonesia pada 2021diperkirakan naik 1,8% dari tahun sebelumnya menjadi 48,3 juta ton.Sementara produksi Malaysia diperkirakan naik 2,4% menjadi 19,6 juta ton, menurut jajak pendapat Reuters.

“Namun, akan membutuhkan waktu untuk membangun kembali stok karena saat ini berada di posisi terendah sejak bertahun-tahun dan karena pertumbuhan konsumsi akan kuat tahun ini. Ini akan mendukung harga minyak sawit pada 2021 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” kata Fitch Solutions.

Kekurangan tenaga kerja karena lockdown di Malaysia akibat pandemi telah membebani produksi, mengikis persediaan ke posisi terendah dalam beberapa tahun terakhir dan meningkatkan harga sebesar 18% pada tahun 2020.

“Namun, pada tahun 2022, harga rata-rata akan turun menjadi RM 2.600 per ton karena pertumbuhan produksi minyak sawit diperkirakan akan meningkat di tengah hasil yang lebih tinggi dan penggunaan pupuk yang lebih tinggi,” terang Fitch Solutions.

Sumber: CNBCIndonesia.com . Jumat, 22 Januari 2021.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only