Kasus corona melonjak, pola pemulihan ekonomi Indonesia bisa V-shape atau W-shape

JAKARTA. Kasus virus corona di Indonesia sudah tembus ke level 1 juta. Meskipun, sejak awal bulan ini pemerintah sudah menerapkan pembatasan pemberlakuan kegiatan masyarakat (PPKM) Jawa-Bali, namun kasus per hari masih melonjak.

Ekonom Senior Institute Kajian Strategis (IKS) Universitas Kebangsaan Eric Sugandi mengatakan lockdown secara nasional bukanlah pilihan akhir. Menurutnya, pemerintah pusat harus mencermati kondisi virus corona di tiap daerah, tentu bekerja sama dengan pemerintah daerah (pemda) agar data bisa valid. 

Dus, bisa merancang strategi pembatasan sosial yang lebih terarah sesuai dengan kondisi di masing-masing daerah. Akan tetapi, Eric menilai, karena Indonesia merupakan negara yang mempunyai wilayah luar, maka pemerintah pusat, tidak perlu ragu memberikan kewenangan kepada pemda untuk PPKM.

Sebab, sejatinya, pemda yang tau detil situasi di daerahnya. “Namun pemerintah pusat kelihatannya tidak akan melakukan lockdown karena mempertimbangkan dampak negatifnya pada perekonomian,” kata Eric kepada Kontan.co.id, Kamis (28/1).

Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai pemerintah perlu fokus dalam hal menekan kasus Covid-19 dalam jangka pendek ini secara khusus peningkatan stringency index yang perlu ditingkatkan mengingat pemerintah sudah memberlakukan PPKM di Jawa-Bali.

“Mengingat daya tampung rumah sakit yang semakin terbatas, sekalipun program vaksinasi juga sudah dimulai. Terkait dengan vaksinasi, pemerintah perlu mempercepat pengadaan vaksin tersebut mengingat proses pendistribusian vaksin yang juga masih memerlukan waktu,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Kamis (28/1).

Dalam hal pengendalian virus corona, Josua mengatakan pembatasan sosial perlu diimplementasikan dengan ketat. Meskipun akan berdampak pada kondisi pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan masih terkontraksi pada kuartal I-2021. 

Di sisi lain Josua menilai di tengah pemberlakuan PPKM dengan tingkat kedisiplinan yang tinggi, maka pemerintah juga perlu fokus pada pemberian bansos bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Sebab, masyarakat miskin akan paling terdampak apabila pembatasan sosial lebih ketat. 

Josua bilang, dalam hal alokasi belanja, pemerintah pada awal tahun ini perlu fokus dalam pengadaan vaksin Covid-19 serta program perlindungan sosial. “Sedemikian sehingga dalam jangka pendek peningkatan kasus covid dapat diredam dan dampak makin memburuknya perekonomian juga dapat diredam,” ujar Josua.

Alhasil Josua meramal dengan situasi penanganan pandemi saat ini, maka arah dari pemulihan ekonomi Indonesia diperkirakan akan berbentuk swoosh (v) dengan pertimbangkan kondisi terendah telah terlewati pada kuartal-2020 yang lalu, dan terus menunjukkan pemulihan meskipun secara gradual. 

“Namun apabila, penanganan Covid-19 kurang optimal sehingga mendorong risiko second wave, maka pola pemulihan akan berbentuk W-shape,” kata Josua. Josua meramal ekonomi dalam negeri pada 2021 berada di kisaran 3%-4%.

Sedangkan, Eric memprediksi pola pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini bisa lebih baik dari tahun lalu. Sebab, konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor, mulai membaik. “V-shape agak sulit kalau wabahnya tidak terkendali, tapi peluang untuk V-shape masih ada jika wabahnya bisa terkendali,” ujar Eric.

Proyeksi Eric, ekonomi Indonesia bisa tumbuh di kisaran 4,0% hingga 4,6% tahun ini kalau wabah corona bisa terkendali.

Sumber : KONTAN.CO.ID, Kamis 28 Januari 2021

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only