Baru Awal Pekan Harga CPO Naiknya Gak Kira-kira

JAKARTA — Harga komoditas minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) Negeri Jiran untuk kontrak yang aktif diperjualbelikan mengalami kenaikan pada perdagangan awal pekan ini, Senin (1/2/2021).

Hingga sesi istirahat siang, harga kontrak pengiriman April di Bursa Malaysia Derivatif tersebut mengalami kenaikan nyaris 3%. Harga CPO menguat RM 101/ton ke RM 3.489/ton.

Ada dua sentimen positif utama yang membuat hargaCPO terbang belakangan ini. Pertama harga CPO Malaysia mengalami apresiasi setelah Indonesia mengumumkan kenaikan harga acuan, pajak dan pungutan ekspor CPO untuk bulan Februari.

Reuters melaporkan Indonesia menetapkan harga referensi yang lebih tinggi untuk CPO bulan Februari menjadi US$ 1.026,78 per ton naik dari US$ 951,86 per ton pada bulan Januari.

Berdasarkan harga acuan tersebut, maka pajak ekspor CPO akan ditetapkan sebesar US$ 93 per ton, sedangkan pungutan ekspor akan ditetapkan sebesar US$ 255 per ton untuk bulan Februari.

“Perdagangan kontrak berjangka minyak sawit yang lebih tinggi adalah konfirmasi bahwa pungutan dan bea ekspor minyak sawit Indonesia yang lebih tinggi memberikan keuntungan bagi ekspor Malaysia,” kata Anilkumar Bagani, kepala penelitian pialang minyak nabati Sunvin Group kepada Reuters.

Katalis kedua adalah perkembangan di India yang akan memberi dorongan terhadap harga CPO. India adalah importir CPO terbesar dunia. Tahun lalu, impor CPO India mencapai 8,7 juta ton.

Kemarin, pemerintah India menurunkan bea masuk bagi impor sejumlah komoditas, termasuk CPO. Tarif bea masuk CPO turun dari US$ 1.049/ton menjadi US$ 1.013/ton. Dengan bea masuk yang lebih murah, ada insentif bagi duni usaha di Negeri Bollywood untuk mengimpor lebih banyak CPO.

Harga minyak nabati memang terus mengalami peningkatan. Hal ini juga dilaporkan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Global (FAO). Dalam laporan terbarunya, FAO menyebut indeks harga minyak nabati dunia mengalami kenaikan hingga ke level tertinggi sejak tahun 2012.

Kenaikan indeks harga diakibatkan oleh terus menguatnya harga minyak sawit. Sementara itu harga minyak nabati lain seperti minyak kedelai, minyak rapeseed dan minyak biji bunga matahari juga ikut naik.

Ketatnya pasokan menjadi salah satu alasan mengapa harga-harga minyak nabati terutama sawit terbang. Adanya banjir yang melanda beberapa sentra produksi sawit seperti di Kalimantan dan Sumatra di Indonesia tentu mengganggu aktivitas produksi dan rantai pasok sehingga berpotensi menurunkan output.

Bagaimanapun juga prospek harga CPO diperkirakan masih kuat hingga kuartal pertama tahun ini. Setelah itu harga CPO kemungkinan besar akan melandai bahkan terkoreksi seiring dengan peningkatan output.

Berdasarkan survei Reuters, produksi CPO di dua negara produsen utama (Indonesia dan Malaysia) bakal naik tahun ini. Saat pasokan naik, wajar saja harga turun. Pada 2021, konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan produksi CPO sebanyak 48,3 juta ton. Naik 1,89% dibandingkan 2020.

Sementara produksi CPO Malaysia tahun ini diperkirakan 19,6 juta ton. Tumbuh 2,4% ketimbang tahun lalu.

Sumber: CNBCIndonesia.com . Senin, 1 Februari 2021.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only